Markas PBB (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Senin (15/1) kembali menyerukan gencatan senjata kemanusiaan secepatnya di Gaza, saat konflik tersebut melewati hari ke-100.
Dia mengatakan ada satu solusi untuk membantu mengatasi semua masalah terkait tingkat korban warga sipil dan kondisi kemanusiaan yang sangat buruk yang belum pernah terjadi sebelumnya di Gaza, nasib para sandera, serta ketegangan yang meluas ke seluruh kawasan.
"Kita membutuhkan gencatan senjata kemanusiaan secepatnya," kata Guterres.
Selain kekejaman di Gaza, ketegangan di Tepi Barat yang diduduki semakin intens dengan meningkatnya kekerasan yang memperparah krisis keuangan yang sudah mengerikan bagi Otoritas Palestina.
Ketegangan juga sangat tinggi di Laut Merah dan sekitarnya dan tak lama lagi mungkin akan mustahil untuk diatasi, katanya, memperingatkan.
"Saya sangat mengkhawatirkan aksi baku tembak setiap hari di sepanjang Garis Biru. Hal ini berisiko memicu eskalasi yang lebih luas antara Israel dan Lebanon, serta sangat memengaruhi stabilitas kawasan," kata Guterres.
"Saya sangat khawatir dengan apa yang sedang terjadi. Merupakan tugas saya untuk menyampaikan pesan sederhana dan langsung ini kepada semua pihak: berhentilah bermain api di Garis Biru, lakukan deeskalasi, dan akhiri permusuhan sesuai dengan Resolusi 1701 Dewan Keamanan PBB," katanya, menambahkan.
Seratus hari setelah pecahnya konflik, situasi kemanusiaan di Gaza tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Tidak ada tempat dan tidak ada orang yang aman. Orang-orang yang mengalami trauma terdesak ke daerah-daerah yang semakin terbatas di bagian selatan yang semakin padat dan berbahaya, kata kepala PBB itu. Operasi bantuan juga menghadapi hambatan distribusi yang besar di dalam Gaza, kata Guterres.
Meskipun beberapa langkah telah diambil untuk meningkatkan aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza, bantuan yang menyelamatkan nyawa tidak mencapai orang-orang yang mengalami serangan tanpa henti selama berbulan-bulan dalam skala yang dibutuhkan.
Bayang-bayang kelaparan panjang mengintai warga Gaza, bersama dengan penyakit, malanutrisi, dan ancaman kesehatan lainnya, lanjut Guterres.
Operasi bantuan yang efektif di Gaza atau di mana pun membutuhkan kondisi dasar tertentu. Hal itu membutuhkan keamanan. Dibutuhkan lingkungan tempat para staf dapat bekerja dengan aman. Dibutuhkan logistik yang memadai dan kelanjutan aktivitas komersial. Hambatan-hambatan untuk bantuan sudah jelas, katanya.
PBB dan mitranya tidak dapat secara efektif memberikan bantuan kemanusiaan di saat Gaza berada di bawah pengeboman yang begitu berat, meluas, dan tak henti-hentinya.
Sejak pecahnya konflik pada 7 Oktober, sebanyak 152 staf PBB telah terbunuh di Gaza, jumlah korban jiwa terbesar dalam sejarah organisasi dunia tersebut.
Operasi bantuan menghadapi rintangan yang signifikan di perbatasan Gaza. Bahan-bahan penting, termasuk peralatan medis yang menyelamatkan jiwa dan suku cadang yang sangat penting untuk perbaikan fasilitas dan infrastruktur air, ditolak masuk dengan sedikit atau tanpa penjelasan sama sekali, sehingga mengganggu aliran pasokan penting dan kelanjutan layanan dasar.
"Kami berusaha untuk meningkatkan respons. Namun, kami membutuhkan kondisi-kondisi yang mendasar," imbuhnya.
Dia menambahkan bahwa semua pihak harus menghormati hukum kemanusiaan internasional, menghormati dan melindungi warga sipil, serta memastikan kebutuhan dasar mereka terpenuhi.
"Harus ada peningkatan secepatnya dan besar-besaran dalam pasokan komersial barang-barang esensial. PBB dan mitra-mitra kemanusiaan tidak dapat sendirian menyediakan kebutuhan dasar yang seharusnya juga tersedia di pasar untuk seluruh penduduk," katanya.
Guterres mengatakan tidak ada yang bisa membenarkan kekerasan yang dilakukan Hamas. Pada saat yang sama, serangan brutal ke Gaza oleh pasukan Israel selama 100 hari ini telah menyebabkan kehancuran besar-besaran dan tingkat pembunuhan warga sipil yang belum pernah terjadi sebelumnya selama dia menjabat sebagai sekretaris jenderal PBB. Sebagian besar dari mereka yang terbunuh adalah perempuan dan anak-anak.
Tidak ada yang dapat membenarkan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina, tegasnya.
Pewarta: Xinhua
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2024