Baghdad (ANTARA News) - Serangan-serangan di Irak pada Rabu menewaskan lima orang dan merusak pipa minyak serta sebuah tempat suci Syiah, kata sejumlah pejabat.
Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki telah berjanji melanjutkan operasi keamanan untuk berusaha mengendalikan kekerasan, yang tahun ini menewaskan lebih dari 3.500 orang.
Dalam serangan paling mematikan, orang-orang bersenjata menyerbu rumah seorang pemimpin lokal Sahwa, milisi penentang Al Qaida, dan membunuh putra dan keponakannya.
Milisi Sahwa terbentuk dari orang-orang suku Sunni Arab yang berpihak pada militer AS memerangi Al Qaida sejak akhir 2006, dan tindakan mereka itu telah mengubah peta perang di Irak. Anggota Sahwa dianggap sebagai pengkhianat oleh militan Sunni dan mereka sering menjadi sasaran serangan.
Juga Rabu, enam bom di empat kota berbeda di Irak, termasuk Baghdad, menewaskan tiga orang, yang mencakup seorang kapten angkatan darat, dan mencederai empat lain serta merusak sebuah tempat suci Syiah, kata pejabat-pejabat itu.
Sementara itu, ekspor minyak mentah Irak ke Turki terhenti akibat tiga serangan berbeda namun tampaknya terkoordinasi yang sasarannya pipa saluran di provinsi-provinsi wilayah utara, Nineveh dan Kirkuk.
Serangan-serangan di Irak meningkat tahun ini, khususnya sejak operasi keamanan 23 April di sebuah lokasi protes Arab Sunni anti-pemerintah yang menyulut bentrokan-bentrokan yang menewaskan puluhan orang.
Kekerasan Rabu itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.
Lebih dari 800 orang tewas dalam serangan-serangan selama Ramadhan, yang telah menjadi salah satu bulan paling mematikan di Irak.
Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.
Jumlah kematian akibat serangan-serangan di Irak melampaui 3.500 orang sejak awal tahun ini.
Gelombang serangan di Irak meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008.
Jumlah kematian pada Maret mencapai 271, sementara sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.
Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.
Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.
Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni, demikian AFP.
(M014)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013