Qana, sebuah desa di Lebanon, selama perjalanan sejarah, khususnya dalam pengembangan ajaran Kristiani, selalu menjadi perhatian dunia. Di sana, ajaran Isa Al Masih berawal. Di tempat itu pula tragedi kemanusiaan penuh ratap tangis terjadi akibat serangan militer Israel pekan lalu. Pada beberapa dasawarsa awal tahun Masehi, Qana adalah sebuah desa kecil yang masuk dalam kawasan Galilea. Kondisi geografis Galilea yang beragam membuat mata pencarian penduduknya pun bervariasi. Orang yang tinggal di sekitar Danau Galilea beradaptasi dengan beraktivitas sebagai nelayan. Mereka adalah penduduk yang tinggal di Magadan, Tiberias, Kapernaum, dan beberapa daerah lainnya. Sedangkan penduduk di wilayah yang jauh dari danau Galilea mengandalkan pertanian dengan anggur sebagai salah satu hasil buminya. Qana adalah salah satu dari daerah-daerah tersebut. Kehidupan di Qana tidak jauh berbeda dengan kehidupan desa dengan segala tradisi dan intimitas antar penduduknya. Yohanes, seorang penulis dan juga sahabat Isa, menggambarkan hal itu dalam kesaksiannya. Sekitar tahun 30 Masehi, masa awal penyebaran ajaran Kristus, berlangsung acara pernikahan di rumah salah satu keluarga di Qana. Isa yang juga disebut Yesus oleh pemeluknya, diundang dalam upacara itu bersama ibu dan sahabat-sahabatnya, termasuk Yohanes. Hal yang tidak terduga terjadi. Anggur, minuman tradisi penyambut tamu, habis. Atas permintaan Maria, ibunya, Isa memperlihatkan mukjizat pertama. "Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya tiga buyung. Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: `Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air`," tulis Yohanes dalam Injil. Hati pemimpin pesta pernikahan bergetar setelah mereka mencicipi air dalam tempayan telah berubah menjadi anggur. Seketika sirna kegelisahannya karena pesta berjalan lancar. Suka cita memenuhi Qana. Kini, lebih dari dua ribu tahun setelah peristiwa itu, suasana yang sungguh berbeda terjadi di Qana. Perubahan itu terjadi hanya dalam hitungan menit setelah serangan udara Israel meluluhlantahkan Qana, Minggu (30/7). Sesaat setelah insiden terjadi, kantor berita Prancis, AFP melaporkan sedikitnya 50 orang tewas. Sebagian besar adalah anak-anak dan 15 dari korban anak-anak tersebut adalah penyandang cacat. Jumlah korban luka dan tewas terus bertambah mencapai ratusan orang hingga hari ke-dua kejadian. Agresi Israel yang diberi kode "Operasi Anggur Kemarahan" itu juga telah memaksa sejumlah warga Lebanon menjadi pengungsi ke daerah sekitar. Sementara itu, ratusan orang tua meratapi kematian anak mereka dan ratusan anak mendadak menjadi yatim piatu. Dunia terperangah menyaksikan tragedi di kawasan yang berbatasan langsung dengan Israel itu untuk ke dua kalinya, setelah sebelumnya peristiwa serupa terjadi tahun 1996. Pemimpin muslim dan PBB mengutuk ulah Israel tersebut. Sekjen Liga Arab Amr Mussa mendesak dilakukan penyelidikan atas pembunuhan besar-besaran di desa Qana dan memproses kejahatan perang lainnya yang dilakukan Israel di Lebanon. Jordania juga mengutuk keras serangan itu dengan menyebut aksi Isreal sebagai pelanggaran hukum internasional. Kutukan itu disampaikan langsung oleh Raja Jordania Abdullah dalam salah satu peryataannya. Desakan untuk penyelidikan disambut baik oleh PBB melalui Sekjen PBB Kofi Annan dan wakilnya dalam pernyataan mereka seperti dikutip AFP. "Saya mengutuk keras pembunuhan puluhan warga sipil hari ini akibat tembakan Israel pada bangunan rumah warga di desa Qana. Peristiwa tragis ini menunjukkan pentingnya semua pihak mengindahkan kerapnya permintaan PBB agar permusuhan segera dihentikan," kata Wakil Sekjen PBB Geir Pederson. Selain itu, masyarakat Lebanon boleh sedikit bernafas lega setelah Dewan Keamanan PBB memperpanjang keberadaan 2.000 prajurit Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) selama satu bulan. Namun demikian kepastian masih sulit untuk didapat, terutama karena Israel masih memberikan pembenaran atas aksinya. Walau menyampaikan duka mendalam, Israel tetap menyalahkan gerilyawan Hizbullah karena memnyembunyikan persenjataan di perkampungan dan menjadikan warga sipil sebagai tameng hidup. Serangan Israel ke Lebanon, termasuk Qana, adalah serangkaian agresi untuk menumpas gerilyawan Hizbullah yang telah membunuh dan menangkap beberapa tentara Israel. Warga sipil tak luput dari serangan itu karena Israel bersikeras pemukiman warga merupakan tempat persembunyian gerilyawan. Qana adalah wilayah dengan wujud yang bertolak belakang dalam dua periode sejarah yang berbeda. lebih dari dua ribu tahun lalu, anggur dijadikan Isa untuk menumbuhkan suka cita. Kini, kata anggur muncul dalam operasi militer yang mematikan, Operasi Anggur Kemarahan. Dulu Qana menjadi titik awal dari serangkaian mukjizat cinta kasih Isa. Kini, daerah itu menjadi tempat berlangsungnya tragedi berdarah yang justru dilakukan oleh anak cucu Yahudi, etnis yang diajarkan cinta kasih oleh Isa.(*)

Oleh FX Lilik DM
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006