Taipei (ANTARA News) - Pejabat Taiwan mengaku bersemangat membangun Pulau Morotai menjadi seperti Singapura bersama pemerintah Indonesia, karena punya hubungan sejarah yang sangat emosional dengan pulau yang terkait dengan Perang Dunia II itu.

"Kami selalu teringat kisah dramatik Lee Guang-Hui, prajurit Jepang asal Taiwan, yang baru menyerah tahun 1974 di Pulau Morotai, Indonesia," kata Charles L Li, pejabat Departemen Asia dan Pasifik Taiwan di Taipei, Rabu.

Lee Guang-Hui yang juga dikenal dengan nama Teruo Nakamura lahir di Taiwan di bawah pemerintahan Jepang, 8 Oktober 1919 adalah prajurit Angkatan Darat Kekaisaran Jepang kelahiran Taiwan yang bertempur demi Jepang pada Perang Dunia II.

"Orang Taiwan mendukung keterlibatan dalam proyek raksasa Morotai. Banyak yang mau berkunjung ke Morotai untuk mengingat perjuangan Lee Guan-Hui," kata Li.

Sebelumnya, Li mengatakan perusahaan-perusahaan Taiwan dan Indonesia akan membangun bandara, pelabuhan, dan infrastruktur lain untuk membuat Morotai sebagai pusat pariwisata dan industri perikanan.

Morotai akan dikembangkan sebagai zona perdagangan bebas seperti Pulau Batam di bagian Barat Indonesia.

Lee Guan-Hui meninggal di Taiwan 15 Juni 1979 pada umur 59 tahun.

Mengutip Wikipedia, Lee Guan-Hui berasal dari penduduk asli Taiwan suku Amis yang saat itu menjadi koloni Jepang. Lahir pada tahun 1919, ia terkena wajib militer pada bulan November 1943.

Ia ditempatkan di Pulau Morotai di Indonesia tak lama sebelum pulau tersebut ditaklukkan oleh Sekutu pada bulan September 1944 dalam Pertempuran Morotai. Ia dinyatakan tewas pada bulan Maret 1945, namun ternyata kemudian masih hidup.

Setelah pulau itu direbut, ia masuk hutan dan membangun sebuah kamp kecil miliknya sendiri, yang terdiri atas sebuah pondok kecil di dalam ladang berpagar seluas 20 kali 30 meter.

Pada pertengahan tahun 1974, penduduk setempat melaporkan tentang terlihatnya seseorang di hutan pegunungan Galoka, Morotai. Pada bulan November 1974, Kedutaan Jepang untuk Indonesia di Jakarta meminta bantuan pemerintah Indonesia untuk mengorganisasi sebuah misi pencarian, yang kemudian dilakukan oleh TNI-AU.

Tim pencari tersebut beranggotakan 11 orang, dan dipimpin oleh Lettu Supardi AS dari KODAU XII/Morotai, dan mereka berhasil mengamankan Lee pada 18 Desember 1974.

Ia kemudian diterbangkan ke Jakarta ditemani KASAU waktu itu, Marsekal Saleh Basarah, lalu ditempatkan di Rumah Sakit Pelni, Jakarta, untuk beristirahat. Berita penemuannya diumumkan di Jepang pada tanggal 27 Desember 1974.

Namun Lee memutuskan untuk direpatriasi langsung ke Taiwan, tanpa singgah di Jepang, dan meninggal di sana karena kanker paru-paru lima tahun kemudian, pada tahun 1979.


Pewarta: Akhmad Kusaeni
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013