Kupang (ANTARA) - AirNav Indonesia Cabang Kupang melaporkan bahwa bandara Wunopito di Lewoleba, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur ditutup untuk sementara waktu akibat ditemukannya adanya abu vulkanik dampak dari erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kecamatan Wulanggitang Flores Timur.

"Betul bandara di Lewoleba ditutup sementara waktu akibat abu vulkanik Gunung Lewotobi," kata General Manager AirNav Indonesia Cabang Kupang I Nyoman Oka Wirana di Kupang, Senin.

Hal ini disampaikan berkaitan dengan perkembangan penerbangan dari Bandara El Tari Kupang ke sejumlah bandara yang ada di pulau Flores khususnya yang berdekatan dengan lokasi erupsi gunung api Lewotobi Laki-laki.

Dia mengatakan bahwa penutupan rute penerbangan tersebut dimulai dari pukul 10.00 WITA dan akan berakhir pada pukul 16.00 WITA sore nanti.

"Nanti perkembangan selanjutnya akan disampaikan jika memang ada perubahan," ujar dia.

Oka Wirana mengatakan bahwa secara kasat mata Abu Vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki tidak dilihat atau ditemukan di bandara saat dilakukan Paper Test. Tetapi sebaran debunya berada di atas wilayah udara Kota Lewoleba.

Hal ini diketahui berdasarkan hasil foto citra satelit. Selain itu juga bisa juga berdasarkan laporan dari pilot pesawat yang melintasi wilayah udara Lewoleba.

Humas Bandara El Tari Kupang Tyas Novitasari mengatakan bahwa saat ini memang tidak ada penerbangan menuju ke bandara tersebut.

"Namun memang benar bahwa sudah ada penutupan bandara tersebut," ujar dia.

Dengan adanya penutupan bandara itu, maka kini sudah empat bandara yang pernah berdampak langsung dan terpaksa ditutup dengan alasan keselamatan akibat erupsi gunung itu.

Empat bandara itu adalah bandara Ende, Bandara di Maumere Kabupaten Sikka, Bandara di Larantuka Flores Timur dan bandara di Lewoleba Kabupaten Lembata.

Baca juga: PVMBG sarankan rekayasa jalan antisipasi awan panas guguran Lewotobi
Baca juga: PVMBG imbau warga Flores Timur waspada guguran lava erupsi Lewotobi
Baca juga: Gunung Lewotobi Laki-laki lontarkan abu setinggi 1.000 meter

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024