Jakarta (ANTARA News) - Calon Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan Indonesia perlu melakukan revitalisasi konsep pertahanan negara.
Menurut Moeldoko, pascaperang dingin muncul bahaya keamanan baru, yang dikategorikan human security dan didominasi oleh peranan aktor-aktor non negara yang membahayakan keamanan internasional, regional, dan nasional.
"Perpaduan antara bahaya-bahaya keamanan yang bersifat state-centric dan people centered telah menciptakan bahaya keamanan komprehensif, yang mengharuskan kita untuk merevitalisasi konsep pertahanan negara."
"Tak terkecuali dalam dimensi kepentingan militer, ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya," kata Moeldoko saat menyampaikan visi dan misinya dalam uji kepatutan dan kelayakan calon Panglima TNI oleh Komisi I DPR RI di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Rabu.
Revitalisasi konsep pertahanan negara perlu juga dilakukan karena adanya kemungkinan timbulnya bahaya keamanan yang berada dalam spektrum grey area yang menjadi objek operasi militer selain perang, semisal penanganan terorisme.
"TNI juga sadar, disamping masih dimungkinkan perang simetrik dengan dominasi keunggulan teknologi, TNI juga siap bila terjadi perang asimetrik yang berkarakter serba tak lazim, tidak terduga dan tidak teratur karena TNI memiliki basis kultural seperti dalam sejarah perang gerilya," kata Moeldoko.
Selain itu, ungkap mantan Pangdam Siliwangi itu, TNI juga berkepentingan untuk menghayati perang asimetrik karena kondisi negara kepulauan yang sangat rawan infiltrasi, proses demokratisasi, masyarakat yang ekstrapluralistik dan pengaruh global.
"Belum lagi krisis penghayatan empat konsensus dasar di kalangan generasi muda yang dapat mempengaruhi persatuan dan kesatuan bangsa," pungkas Moeldoko.
Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013