"Pertemuan dilangsungkan hari ini antara delegasi Palestina yang dipimpin oleh Saeb Erakat dan Mohammad Shtayyeh, dan delegasi Israel (yang dipimpin Menteri Kehakiman) Tzipi Livni dan Yitzhak Molcho," kata pejabat itu yang tidak ingin disebutkan jati dirinya kepada kantor berita Prancis AFP.
Rincian pembicaraan tidak diungkapkan, yang rupanya disesuaikan dengan permintaan Washington pekan lalu agar pertemuan itu tidak diliput media.
Pejabat tersebut menambahkan bahwa utusan khusus Menteri Luar Negeri AS John Kerry, Martin Indyk, pada Senin telah bertemu dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas untuk menekankan agar perundingan terus dijalankan "kendati terus berlangsungnya pembangunan permukiman, yang merupakan hambatan terbesar dalam meneruskan pembicaraan."
Pembicaraan yang berlangsung Rabu dilakukan secara rahasia di lokasi yang tidak diketahui di Yerusalem.
Pertemuan itu merupakan hasil upaya diplomatik berbulan-bulan yang dilancarkan secara intensif oleh AS untuk membawa kedua belah pihak kembali ke meja perundingan setelah terhenti selama hampir tiga tahun.
Abbas mengatakan kedua pihak membahas semua masalah kunci, namun ia menolak memberikan keterangan lebih rinci terkait dengan kesepakatan untuk menutup informasi kepada media.
Sementara itu, pertemuan yang berlangsung Selasa dibayang-bayangi masalah baru menyangkut rencana pembangunan permukiman oleh Israel di wilayah-wilayah Palestina yang didudukinya.
Di saat proses perundingan berjalan, Israel mengumumkan rencana untuk membangun lebih dari 2.000 rumah bagi para warga Yahudi di wilayah-wilayah yang dicaploknya di Yerusalem timur serta Tepi Barat yang diduduki sehingga membuat para pejabat Palestina geram.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon mengatakan kepada para wartawan saat melakukan lawatan ke kota di Tepi Barat, Ramallah, bahwa ia "sangat gelisah dengan terus berlangsungnya kegiatan pembangunan permukiman di Tepi Barat, termasuk Yerusalem timur.
"Kegiatan (pembangunan) permukiman membuat rakyat Palestina semakin tidak percaya terhadap keseriusan pihak Israel dalam upaya mencapai perdamaian.
"Hal ini pada akhirnya akan membuat penyelesaian dua-negara menjadi tidak mungkin," katanya, memperingatkan.
Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengesampingkan masalah pembangunan permukiman itu ketika melakukan pertemuan dengan Ban pada hari yang sama.
"Akar masalah (dari konflik ini) selama ini, dan sampai sekarang, adalah penolakan yang terus-menerus terhadap keberadaan negara Yahudi di perbatasan manapun," katanya.
"Ini tidak ada hubungannya dengan permukiman --memang masalah tentang itu harus diselesaikan, tapi itu bukan alasan yang membuat kita memiliki konflik yang berlanjut."
Perundingan damai antara Israel dan Palestina buyar hanya beberapa minggu setelah mereka memulai perundingan tersebut pada September 2010 karena masalah pembangunan permukiman.
Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013