Jakarta (ANTARA News) - Menko Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Widodo Adi Sucipto mengatakan militansi dan sikap solidaritas yang munucul menyusul agresi Israel terhadap Libanon, harus disikapi secara obyektif. "Terkait perkembangan di Timur Tengah, dan kecenderungan sikap radikalisme dan solidaritas, saya kira harus disikapi secara obyektif," katanya, usai membuka seminar mengenai komunikasi politik di Jakarta, Selasa. Widodo mengemukakan jangan sampai respon atau tanggapan terhadap agresi Israel kepada Libanon dilakukan dengan cara-cara yang akan menimbulkan persoalan baru dan merugikan Indonesia sendiri. Menko Polhukam menambahkan pemerintah dan elemen lainnya harus mampu mengelola segala bentuk ekspresi dan bentuk-bentuk solidaritas yang ada agar jangan sampai merugikan Indonesia. "Tetap yang penting, kita harus jernih dan obyektif agar apa yang kita lakukan jangan sampai merugikan kita sendiri," ujar Widodo menegaskan. Ia mengingatkan ada tiga musuh besar yang kini harus dihadapi Indonesia, yakni ancaman terorisme, korupsi dan narkoba. Khusus untuk terorisme, ancaman itu masih eksis dan aktif di Indonesia. "Indonesia tidak saja sebagai target, tetapi juga korban dari aksi tersebut. Karena itu, perlu kita kelola secara optimal melalui kebijakan yang berdasar pada realita yang ada," ujarnya. Munculnya ancaman terorisme tidak saja dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang sedang terjadi, tetapi juga oleh kondisi di hulu dan hilir salah satunya adanya indikasi pelaku aksi teror dilatarbelakangi rasa solidaritas dan militansi yang kuat dengan sasaran acak. Untuk permasalahan hulu, aksi terorisme dipicu rasa ketidakadilan, kemiskinan dan ketertinggalan dan kebodohan. "Segala bentuk realitas yang memunculkan aksi terorisme itu, harus dihadapi dan dikelola dengan maksimal," kata Widodo. (*)

Copyright © ANTARA 2006