Denpasar (ANTARA News) - Dua seniman warga negara asingmasing-masing Walter Spies dan Rodulf Bonnet mempunyai pengaruhsangat besar terhadap perubahan karya-karya pelukis Bali. "Walter Spies, warga negara Jerman dan Rodulf Bonnet, warga negara Belanda yang secara kebetulan menemukan inspirasi dalam merampungkan karya seni memunculkan kebebasan kreatif kepada seniman setempat," kata Pembantu Rektor I Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Drs I Ketut Murdana, M.SN di Denpasar Selasa. Ia mengatakan perubahan karya-karya seniman Bali dari seni lukis klasik ke kebebasan kreatif maupun perluasan tema terjadi sejak tahun 1929. Kedua seniman asing yang menyatu dalam kehidupan masyarakat Bali, bergabung dengan organisasi kelompok pelukis dan pematung Pita Maha Ubud. Murdana yang juga seniman lukis yang pernah menggelar pameran di tingkat lokal, nasional dan internasional itu menambahkan kedua seniman asing itu memberikan dorongan kepada seniman Bali untuk bersaing jati diri dalam menghasilkan karya seni yang baru. Tokoh pelukis yang muncul saat itu antara lain Gusti Nyoman Lempad, Anak Agung Gede Sobrat, Ida Bagus Made, Gusti Made Deblog, Gusti Ketut Kobot dan I Gusti Nyoman Molog. Sementara di Desa Batuan, Gianyar muncul gaya lukisan yang berbeda, yakni obyeknya penuh sesak, tanpa ada ruang kosong sedikitpun, bentuknya ke kanak-kanakan tanpa perspektif. Warna lukisan hitam putih yang amat pekat, menampilkan kesan magis, sehingga karya kanvas seniman dari Batuan menunjukkan karakter magis yang sangat kuat berbeda dengan kelompok Ubud, meskipun Rudolf Bonet dan Walter Spies sering bergaul ke Batuan, namun pengaruh karya-karya kedua seniman asing itu tidak tampak sama sekali, ujar Murdana. (*)
Copyright © ANTARA 2006