Singapura dan China itu sudah banyak infrastruktur pendukungnya. Sedangkan infrastruktur pelabuhan di Indonesia masih kecil, dan tidak mampu mengimbangi `trend` kapal yang semakin besar. Semakin besar kapal maka semakin efisien,"

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mengatakan ketidaksiapan infrastruktur pelabuhan di Indonesia yang masih tertinggal jauh menghambat pertumbuhan ekonomi.

"Singapura dan China itu sudah banyak infrastruktur pendukungnya. Sedangkan infrastruktur pelabuhan di Indonesia masih kecil, dan tidak mampu mengimbangi `trend` kapal yang semakin besar. Semakin besar kapal maka semakin efisien," ujar Dahlan Iskan di Jakarta Convention Center, Jakarta, Senin.

Menurut dia, dalam waktu dekat akan ada perubahan besar di pelabuhan Indonesia untuk menunjang ekspor ke luar negeri.

"Misalnya, untuk untuk mengirim CPO ke China atau Eropa saja, Indonesia harus melalui Singapura terlebih dahulu, karena pelabuhannya mampu menampung kapal besar yang kemudian baru di angkut ke Eropa," ujarnya.

Karena itu, pemerintah membuat pelabuhan besar di Indonesia yaitu Kuala Tanjung. Nantinya bisa langsung khusus untuk CPO.

"Tidak apa-apa pemegang saham beberapa ada Malaysia, ini nanti biar mereka ikut ekspor dari situ," katanya.

Untuk menunjang barang ekspor lainnya, kata dia, pihaknya juga segera akan mengoperasikan beberapa pelabuhan besar yang saat ini masih dalam tahap penyelesaian. Pelabuhan tersebut juga tersebar dari Indonesia bagian barat hingga ke bagian timur.

"Hal tersebut akan meningkatkan ekspor secara nyata. Sekarang tidak ada pelabuhan kita bisa menampung kapal kapasitas di atas 8.000. Sedangkan ekspor antar benua saja sudah 18.000. Nanti kita kembangkan dari Medan, Batam, Dumai, Jakarta, Makassar, dan Sorong. Peranan sangat besar kejadian dalam waktu 2 tahun. Dan Jalur mulai dari Belawan, beberapa lalu sudah mulai," kata dia.

Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan, Mahendra Siregar, mengatakan pertumbuhan enam persen stabil hanya akan tercapai jika masalah kepelabuhan dapat teratasi.

"Jika infrastruktur ekspor dan impor masih buruk susah kita mau capai enam persen," ujar dia di Jakarta, Jumat (1/8).

Masalah kepelabuhan, menurut dia, terkait masalah pengurusan dokumen dan percepatan perizinan ekspor. Ditambah dengan kemudahan dan percepatan masa tunggu serta pengelolaan kontainer agar tidak terpusat di satu tempat.

"Masalah dokumen dan pengelolaan kontainer agar tidak hanya di Tanjung Priok tetapi juga bisa dialihkan ke pelabuhan lainnya, yang masih jadi perhatian adalah penumpukan dokumen di pelabuhan," tuturnya.

Setelah itu, pengurusan pelabuhan bisa diperbaiki lagi. Ia menambahkan dalam beberapa tahun mendatang, pemerintah harus membangun pelabuhan berikut fasilitasnya.

"Minimal satu pelabuhan dalam tiga-lima tahun sekali, jadi pelabuhan kita juga semakin banyak, namun perbaikan fasilitas pelabuhan ditingkatnya dahulu, kalau marketnya sudah ada kita bisa tambah pelabuhan lagi," katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga semester I-2013 hanya 5,8 persen. Nilai ini lebih rendah dari prediksi pemerintah semula sebesar 6,1 persen.

(A063/M008)

Pewarta: Azis K
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013