sampai saat ini tidak ada vaksin Polio sebabkan kematian

Jakarta (ANTARA) - Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas KIPI) Profesor Hindra Irawan Satari menyatakan vaksin novel Oral Polio Vaccine Tipe 2 (nOPV2) aman diberikan kepada anak untuk mencegah Polio.

"Data Keamanan nOPV2 telah dikaji oleh Global Advisory Committee on Vaccine Safety (GACVS) dan Global Polio Eradication Initiative (GPEI)," kata Hindra Irawan Satari dalam Konferensi Pers Penanggulangan KLB Polio diikuti melalui YouTube Kemenkes RI di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan vaksin nOPV2 telah dikembangkan sejak tahun 2011 dan mulai diberikan sejak tahun 2021 dengan izin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Emergency Use Listing setelah dibuktikan efikasi dan keamanannya.

Pada Desember 2023, kata Hindra, kurang lebih 1 miliar dosis vaksin tersebut telah diberikan di lebih dari 35 negara dan disimpulkan tidak ada risiko berbahaya pascapemberian vaksin.

"Vaksin nOPV2 juga telah menerima izin edar dari BPOM dan WHO setelah penilaian akan keamanan, efikasi, kestabilan genetik sehingga memudahkan pemakaian dan aksesnya untuk respons outbreak," katanya.

Baca juga: Dokter: Kurang lengkapnya imunisasi berisiko sebabkan Polio pada anak
Baca juga: Indonesia akan kirim 10 juta dosis vaksin polio ke Afghanistan

Hindra memastikan tidak ada kematian disebabkan vaksin Polio di dunia. "Sampai saat ini tidak ada vaksin Polio sebabkan kematian, entah itu di seluruh dunia, bahkan Indonesia," katanya.

Ia mengatakan vaksin Polio yang diberikan adalah virus yang sudah dimatikan atau dilemahkan.

Berdasarkan hasil uji klinis, kata Hindra, menunjukkan nOPV2 menyediakan proteksi terhadap 2 tipe poliovirus dan lebih stabil secara genetik dan risiko lebih kecil untuk menimbulkan paralisis pada kelompok tidak diimunisasi.

Hindra mengatakan setelah pemakaian selama kurang lebih 3 tahun menunjukkan bahwa nOPV2 menyebabkan 80 persen lebih kecil kemungkinan terjadinya outbreak Polio varian baru dibandingkan dengan pemberian jenis vaksin pendahulunya, yakni mOPV2.

"Berdasarkan data uji klinis Vaksin nOPV2 pada bayi dan anak, kata Hindra, menunjukkan reaksi simpang yang dapat terjadi pascapemberian vaksin nOPV2, secara umum aman dan dapat ditoleransi," katanya.

Reaksi yang mungkin timbul seperti menangis sebesar 15 persen, mengantuk 7 persen, demam 11 persen, rewel 15 persen, hilang nafsu makan 11 persen, dan muntah 13 persen.

Baca juga: Bio Farma utamakan penuhi kebutuhan vaksin polio domestik
Baca juga: Dinas Kesehatan Kota Bogor menerima 86 ribu vaksin Polio

Kementerian Kesehatan menggelar Sub Pekan Imunisasi Nasional Polio atau Sub PIN Polio secara serentak mulai 15 Januari 2024 untuk menanggulangi Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio, menyusul temuan kasus lumpuh layu di Kabupaten Pamekasan dan Sampang, Jawa Timur; serta Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Jenis vaksin yang akan digunakan pada Sub PIN Polio kali ini adalah vaksin generasi terbaru, yaitu Novel Oral Polio Vaksin tipe 2 (nOPV2) yang diberikan sebanyak dua tetes dengan interval minimal satu bulan.

Wilayah pemberian imunisasi tambahan adalah seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur yang merupakan lokasi terjadinya KLB polio.

Pemberian imunisasi tambahan juga dilakukan di Kabupaten Sleman DIY, yakni daerah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Klaten, lokasi ditemukannya kasus polio beberapa waktu lalu.

Sub PIN Polio menargetkan anak berusia 0 sampai 7 tahun, tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Artinya, meski status imunisasi sudah lengkap, anak tetap harus mengikuti program Sub PIN Polio.

Baca juga: Kemenkes: Cakupan imunisasi anjlok selama pandemi, pemicu KLB polio
Baca juga: Kemenkes respons KLB Polio Jateng dan Jatim dengan imunisasi lengkap
Baca juga: Puluhan provinsi berisiko KLB sebab cakupan imunisasi rendah

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024