New York (ANTARA News) - Kurs dolar terangkat sedikit lebih tinggi terhadap euro pada Jumat (Sabtu pagi WIB), dibantu oleh kenaikan tajam imbal hasil obligasi AS yang mencerminkan meningkatnya ekspektasi akhir stimulus Federal Reserve lebih dini.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS melonjak ke tingkat tertinggi dalam dua tahun, obligasi 10-tahun meningkat menjadi 2,83 persen dibandingkan dengan 2,76 persen pada Kamis dan 2,59 seminggu yang lalu, ketika pedagang melihat perlambatan dalam PHK dan penguatan indeks harga konsumen pada Juli sebagai penunjuk menuju kebijakan moneter ketat.

Namun para pedagang tetap ragu-ragu pada dolar, mengingat tanda-tanda lain dari lambannya pertumbuhan ekonomi AS -- termasuk laporan yang sedikit mengecewakan pada pembangunan perumahan pada Juli -- dan zona euro kembali ke ekspansi setelah mengakami resesi selama enam kuartal.

Pada 21.00 GMT (Sabtu 04.00 WIB), euro berada di 1,3326 dolar, dibandingkan dengan 1,3346 dolar pada Kamis sore.

Dolar ditarik ke 97,53 yen dari 97,36 yen, sementara euro naik menjadi 1,3326 dolar dari 1,3346 dolar.

Christopher Vecchio, analis mata uang di DailyFX, mengatakan dolar tertahan sebagian oleh data baru di sektor perumahan yang menunjukkan pembangunan rumah baru lebih lemah dari perkiraan.

"Itu cukup jelas bahwa lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS sejak awal Mei telah memiliki gema negatif pada seluruh ekonomi yang lebih luas," katanya.

"Tekanan pembeli rumah AS yang dihadapi pada Juni berlanjut pada Juli, dengan kedua bulan berturut-turut data perumahan mengecewakan merugikan dolar AS."

Pound Inggris merosot menjadi 1,5619 dolar dari 1,5639 dolar, sementara dolar datar terhadap franc Swiss pada 0,9259 franc.

(A026/A011)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013