Jakarta (ANTARA News) - Kredit bermasalah Bank BNI pada semester I 2006 naik menjadi 16,58 persen dibanding semester I 2005 yang hanya 12,96 persen, sementara NPL net naik menjadi 11,25 persen dari 7,82 persen. "Upaya restrukturisasi kredit bermasalah yang telah dilakukan tampaknya masih belum memberikan hasil yang optimal sehingga masih terus berlanjut hingga kini," kata Corporate Secretary PT Bank BNI Intan A Katoppo di Jakarta, Senin. Intan dalam keterangan tertulisnya menyebutkan, total NPL semester I 2006 mencapai Rp10 triliun. Komposisi NPL masih didominasi oleh segmen korporasi sebesar 51 pesen diikuti segmen usaha menengah 28 persen serta segmen usaha kecil dan mikro 14 persen, segmen usaha konsumer enam persen dan segmen syariah satu persen. Sampai saat ini BNI terus mengupayakan percepatan perbaikan NPL menjadi performing loan atau kredit lancar melalui program remidial R3 (Loan Rescheduling Loan reconditioning, Loan Restructuring). Terkait dana penyelesaian NPL, lanjut Intan, BNI sangat berharap pada tindak lanjut implementasi agar kebijakan sektor keuangan yang diluncurkan bersama antara pemerintah dan Bank Indonesia (BI) pada awal Juni 2006 akan mempercepat upaya perbaikan kualitas kredit di bank-bank pemerintah secara siginifikan. Laporan BNI juga menyebutkan, total kredit yang diberikan relatif stagnan akibat masih rendahnya permintaan kredit saat ini di tengah kondisi makro ekonomi yang kurang kondusif. Total kredit turun dua persen menjadi Rp60,5 triliun. Meskipun total kredit berkurang dan beban bunga melonjak, namun kredit yang disalurkan cenderung lebih produktif tercermin dari meningkatnya total pendapatan bunga bersih sebesar satu persen. Pesatnya pertumbuhan dana pihak ketiga yang disertai turunnya total kredit ini menyebabkan rasio kredit terhadap dana pihak ketiga LDR turun dari 58,27 persen menjadi 51,78 persen.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006