perang melawan terorisme akan lama dan berat, dan penuh dengan pengorbanan besar... pada akhirnya kita akan menang."
Baghdad (ANTARA News) - Serangan-serangan di Baghdad dan daerah sebelah utara ibu kota Irak itu menewaskan tujuh orang, Jumat, kata sejumlah pejabat.

Dalam serangan paling mematikan, sedikitnya empat orang tewas dan 14 lain cedera ketika sebuah bom pinggir jalan meledak di daerah Ghazaliyah, Baghdad barat, kata pejabat-pejabat itu, dengan menambahkan bahwa ledakan lain di sebuah jalan komersial di Saidiyah melukai enam orang, lapor AFP.

Di Muqdadiyah, sebelah utara Baghdad, orang-orang bersenjata memasuki rumah kepala kepolisian kota itu dan menembak mati perwira tersebut di depan keluarganya.

Dalam insiden lain, ledakan bom di sebuah terminal minibus di Buhruz, sebelah utara Baghdad di provinsi bergolak Diyala, menewaskan dua orang dan melukai tujuh lain, sementara tujuh anggota kepolisian federal cedera dalam ledakan di daerah sebelah utara lagi di Samarra.

Kekerasan itu terjadi sehari setelah serangkaian pemboman terkoordinasi yang dituduhkan pada Al Qaida dengan sasaran terutama daerah-daerah Syiah di Baghdad menewaskan sedikitnya 24 orang dan mencederai hampir 100.

Kementerian dalam negeri memperingatkan, Irak telah menjadi "ajang perang", namun menekankan bahwa meski "perang melawan terorisme akan lama dan berat, dan penuh dengan pengorbanan besar... pada akhirnya kita akan menang".

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki menyatakan, pasukan keamanan akan terus melakukan operasi besar-besaran untuk memburu para militan.

Serangan-serangan di Irak meningkat tahun ini, khususnya sejak operasi keamanan 23 April di sebuah lokasi protes Arab Sunni anti-pemerintah yang menyulut bentrokan-bentrokan yang menewaskan puluhan orang.

Kekerasan Jumat itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.

Lebih dari 800 orang tewas dalam serangan-serangan selama Ramadhan, yang telah menjadi salah satu bulan paling mematikan di Irak.

Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.

Jumlah kematian akibat serangan-serangan di Irak melampaui 3.470 orang sejak awal tahun ini.

Gelombang serangan di Irak meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008.

Jumlah kematian pada Maret mencapai 271, sementara sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.

Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.



Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013