Untuk gula darah pascamakan, apabila di atas 200 dan sudah dilakukan dua kali pemeriksaan, artinya sudah diabetes

Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Prof. Dr. dr. Dyah Purnamasari mengingatkan masyarakat agar waspada gejala khas dan tidak khas yang ditimbulkan akibat penyakit diabetes.

"Gejala khas atau klasik yang perlu dikenali itu biasanya berat badan menurun tanpa penyebab jelas, meski makannya tetap bagus atau teratur, tetapi berat badan menurun. Kemudian, banyak kencing di malam hari dan sering haus karena cairan dalam tubuh keluar lebih banyak," kata Dyah dalam diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Namun, ia menyebutkan bahwa gejala tersebut hanya dialami oleh 20 persen penyandang diabetes atau sekitar satu dari lima pasien, sedangkan sisanya, sekitar empat dari lima pasien tidak ada keluhan.

Baca juga: Menkes minta pencegahan diabetes dioptimalkan di puskesmas

"Lebih banyak pasien yang tidak ada keluhan, jadi meski gula darahnya sudah ada di angka 300-400, itu tidak tahu kalau ada gejala diabetes," ujar dia.

Secara umum, lanjut dia, kadar gula darah (glukosa) yang dianggap normal ada beberapa jenis, yakni glukosa saat puasa, glukosa pascamakan atau acak, kemudian parameter HbA1c, atau hemoglobin yang terglikolilasi oleh gula darah dalam tubuh.

"Glukosa darah puasa normalnya kurang dari 100, kalau glukosa sesudah makan, normalnya di bawah 200, nah yang disebut diabetes apabila gula darah puasa lebih atau sama dengan 126. Kalau di tengah-tengahnya, masyarakat mesti hati-hati, misalnya antara 101-126 sebaiknya sering periksa karena bisa jadi kemungkinan pra-diabetes," ucapnya.

Kemudian, untuk gula darah pascamakan, apabila di atas 200 dan sudah dilakukan dua kali pemeriksaan, artinya sudah diabetes.

Baca juga: Dosen UMM ciptakan obat alami untuk penanganan diabetes

"Kadang-kadang pasien itu tidak percaya, mereka jalan-jalan lalu misalnya tiba-tiba ada pemeriksaan gratis glukometer, keluar hasil 250, dianggapnya biasa saja karena habis makan roti. Hati-hati, karena kalau normal, meskipun habis makan roti, kadar glukosanya tetap tidak boleh di atas 200. Seringkali masyarakat masih denial," tuturnya.

Ia berpesan agar masyarakat tidak takut didiagnosis diabetes, karena pasien diabetes bisa hidup normal sama seperti pasien yang bukan diabetes selama terkontrol dengan baik.

Sementara itu, Dyah menjelaskan untuk gejala tidak klasik lebih banyak dialami oleh pasien, diantaranya mata kabur yang salah satunya disebabkan oleh retinopati diabetes, dan kesemutan di tangan atau kaki.

"Cirinya kalau kesemutan itu dimulai dari ujung kaki, kemudian naik ke atas dan biasanya setinggi pergelangan atau kaos kaki pada dua sisi. Bedanya kalau dengan stroke itu kesemutannya separuh badan. Keluhannya bervariasi, bisa kesemutan, kebas, baal (mati rasa), sampai nyeri seperti ditusuk-tusuk," paparnya.

Sedangkan keluhan lain pada perempuan, yakni sering keputihan yang susah sembuh atau berulang. Pada laki-laki, salah satu gangguan tidak khas yakni ketidakmampuan ereksi.


Baca juga: Tips konsumsi nasi putih bagi penderita diabetes

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024