Berlin (ANTARA) - Bencana alam menyebabkan kerugian sekitar 250 miliar dolar AS (Rp3,89 kuadriliun) secara global pada 2023, kata perusahaan reasuransi Jerman, Munich Re, dalam laporan tahunannya pada Selasa (9/1).
Badai petir di Amerika Utara dan Eropa "lebih destruktif dibandingkan sebelumnya," menurut laporan tersebut.
Di Amerika Utara saja, aset-aset senilai sekitar 66 miliar dolar hancur akibat badai, sementara di Eropa kerusakan akibat badai mencapai 10 miliar dolar.
"Pemanasan bumi yang semakin cepat selama beberapa tahun terakhir ini mengintensifkan cuaca ekstrem di banyak kawasan, yang menyebabkan meningkatnya potensi kerugian," ujar Ernst Rauch, kepala ilmuwan iklim di Munich Re.
Di Jerman, 2023 menjadi tahun terpanas sejak pencatatan dimulai pada 1881, menurut Badan Meteorologi Nasional Jerman (DWD).
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, yang sering ditandai dengan kekeringan dan gelombang panas, 2023 sebagian besar mencatatkan kondisi yang hangat dan lembab, dengan curah hujan yang tinggi.
Jumlah kematian yang disebabkan oleh bencana alam tahun lalu meningkat menjadi 74.000 orang.
"Serangkaian gempa bumi dahsyat menyebabkan bencana kemanusiaan," kata Munich Re. Sekitar 63.000 orang "kehilangan nyawa akibat bahaya geofisika semacam itu pada 2023, tertinggi sejak 2010."
"Perubahan iklim terus berlanjut tanpa terkendali," ujar Tobias Fuchs, kepala bidang bisnis iklim dan lingkungan di DWD, saat mempresentasikan angka-angka tersebut.
"Kita harus mengintensifkan upaya untuk melindungi iklim dan belajar beradaptasi dengan kerusakan yang disebabkan oleh cuaca ekstrem," katanya.
Bencana alam paling dahsyat pada 2023 adalah gempa bumi di Turki tenggara dan Suriah pada Februari. Munich Re mencatat bahwa dengan 58.000 orang tewas dan kerugian keseluruhan sekitar 50 miliar dolar, bencana itu juga merupakan bencana alam dengan kerugian terbesar pada tahun itu.
"Data yang komprehensif dan pengetahuan yang mendalam tentang perubahan risiko tetap menjadi faktor utama ... untuk melindungi masyarakat dari bencana alam," kata Thomas Blunck, anggota dewan manajemen Munich Re.
Pewarta: Xinhua
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2024