Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Armida S Alisjahbana berpendapat bahwa target inflasi 2013 sebesar 7,2 persen yang ditetapkan pemerintah akan sulit tercapai akibat tingginya laju inflasi pada Juli.
"Saya rasa dengan laju inflasi yang cukup tinggi pada Juli, ya agak berat untuk mencapai target inflasi 7,2 persen sesuai yang direncanakan sampai akhir tahun 2013," kata Armida saat ditemui pada acara Halalbihalal di lingkungan Bappenas di Jakarta, Kamis.
Menurut Armida, penyebab dari laju inflasi yang cukup tinggi selama beberapa bulan terakhir bukan hanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), namun juga disebabkan kelangkaan pangan di pasar.
"Saya pikir penyebab utama inflasi itu tidak hanya karena kenaikan harga BBM, tetapi itu dikombinasi dengan kelangkaan pangan. Karena sebelum harga BBM naik saja, harga-harga barang di pasar sudah naik," ujarnya.
Namun, Kepala Bappenas itu memperkirakan pada 2014 inflasi akan kembali pada level normal.
"Kalau untuk inflasi pada 2014, saya kira sudah masuk lagi ke `range` normal, meskipun tahun ini di luar perkiraan. Memang beda dengan tahun ini yang agak `lain` karena tahun ini kondisinya khusus," tuturnya.
Dia menambahkan laju inflasi yang cukup tinggi sekarang ini memang dipengaruhi juga oleh dinamika ekonomi global.
"Mudah-mudahan setelah Agustus tren harga sudah kembali ke normal dan angka pengangguran kembali `on track`. Walaupun demikian, untuk mengurangi angka kemiskinan memang masih harus kerja keras," ujarnya, berharap.
"Dengan inflasi yang cukup tinggi sekarang ya jadi lebih berat untuk mengurangi kemiskinan. Akan tetapi, yang penting untuk harga beras itu tidak naik, dan mudah-mudahan harga pangan yang lain segera turun," lanjutnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada Juli 2013 sebesar 3,29 persen karena adanya kenaikan harga komoditas pangan dan harga angkutan.
"Dari 66 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), seluruhnya mengalami inflasi," kata Kepala BPS Suryamin.
Suryamin menjelaskan inflasi tinggi terjadi karena adanya kenaikan harga komoditas pangan dan harga transportasi, sebagai dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada Juni.
"Dampak tidak langsung kenaikan harga BBM masih terasa, terutama pada harga transportasi, ongkos produksi dan komoditas lain yang mengalami kenaikan," paparnya.
Ia menambahkan komponen inflasi umum menyumbang inflasi 3,29 persen diikuti inflasi inti 0,99 persen, sedangkan harga diatur pemerintah menyumbang inflasi tinggi 7,9 persen diikuti harga bergejolak 6,07 persen.
Sedangkan, berdasarkan kelompok pengeluaran, kelompok bahan makanan menyumbang andil inflasi 1,36 persen diikuti kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi tertinggi 1,5 persen.
Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013