Shanghai (ANTARA News) - Jumlah jutawan China, yang menjadi simbol dari pertumbuhan kekayaan negara itu, meningkat pada laju paling lambat dalam lima tahun pada 2012 karena ekonomi dan pasar saham sedang tergoncang, demikian menurut satu hasil survei.

Jumlah jutawan -- didefinisikan sebagai orang dengan kekayaan pribadi sedikitnya 10 juta yuan (1,6 juta dolar AS) -- hanya naik tiga persen tahun-ke-tahun menjadi 1,05 juta orang, kata lembaga independen Hurun Research Institute dan konsultam GroupM Knowledge.

Menurut hasil survei yang dirilis Rabu (14/8), jumlah orang China "super-kaya" -- dengan kekayaan pribadi minimal 100 juta yuan -- juga hanya naik dua persen menjadi 64.500 orang, laju paling lambat dalam lima tahun.

Perlambatan itu terjadi karena pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia itu merosot ke tingkat terendah 13-tahun sebesar 7,8 persen pada 2012.

Menurut hasil survei yang dikutip AFP, hanya seperempat dari para jutawan China yang "sangat yakin" tentang perekonomian domestik dua tahun mendatang, turun dari 28 persen pada 2011 dan hampir setengah dari responden yang diwawancarai pada 2010.

Pertumbuhan ekonomi China tergelincir lebih lanjut menjadi 7,7 persen pada periode Januari-Maret tahun ini dan melambat menjadi 7,5 persen pada kuartal kedua, meninggikan alarm (tanda bahaya) atas kemungkinan pelemahan yang lebih dalam.

Beijing, ibukota negara dan pusat politik, memiliki jumlah jutawan terbanyak dengan 184.000 orang atau 17,5 persen dari total jumlah jutawan, di depan pusat keuangan Shanghai yang memiliki 147.000 jutawan.

Bursa saham yang lesu juga memberikan kontribusi pada pelambatan pertumbuhan penduduk kaya dengan indeks acuan bursa Shanghai hanya naik 3,17 persen pada tahun lalu.

Sekitar 15 persen -- 160.000 orang -- jutawan China menyebut investasi saham sebagai sumber utama kekayaan mereka, turun lima persen dari tahun 2011 menurut survei tersebut.

Real estat tetap menjadi pilihan investasi utama para jutawan China meski ada peraturan pemerintah untuk mendinginkan pasar, tetapi mereka memiliki kecenderungan untuk mencari investasi tersebut di luar negeri.

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013