Penggunaaan kekerasan yang telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa tidak akan menyelesaikan permasalahan."

Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri mendesak agar komunitas internasional mengambil langkah untuk menghentikan aksi kekerasan yang terjadi di tengah gejolak politik di Mesir.

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dalam pernyataan tertulis yang diterima pada Kamis dini hari mengatakan bahwa Indonesia sangat prihatin atas perkembangan terkini di Mesir yang semakin memburuk.

"Penggunaaan kekerasan yang telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa tidak akan menyelesaikan permasalahan," kata Menlu Marty.

Marty mengatakan bahwa internasional perlu terus mendukung upaya rekonsiliasi antara pihak-pihak di Mesir dan mendesak penghentian kekerasan di negara yang terletak di Afrika Utara itu

Sebelumnya Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Amerika Serikat, Inggris, Iran, Qatar dan Turki telah secara tegas mengutuk aksi kekerasan yang dilakukan pemerintah guna membubarkan demonstran di dua kamp protes di Kairo itu.

Pertumpahan darah terjadi ketika pasukan keamanan dari tentara dan polisi mulai melancarkan serangan terhadap pendukung presiden terguling Mohamed Moursi di Bundaran Rabiah Adawiyah, Kairo timur, dan Bundaran Al Nahdhah di Kairo Barat.

Koresponden Antara menyaksikan gas air mata tebal menyelimuti Bundaran Rabiah, tank tempur dan panser bergerak dari Jalan Yusuf Abbas dan Jalan Tairan dari arah Jalan Salah Salim saat upaya tersebut berlangsung.

Serangan mematikan itu mulai dilancarkan pada Rabu pagi sekitar pukul 7.00 waktu setempat (12.00 WIB), yang diikuti sejumlah tembakan senjata berat yang menggelegar sehingga menyebabkan ribuan pengunjuk rasa termasuk perempuan dan anak-anak panik.

Koresponden AFP melaporkan setidaknya terdapat 43 jenazah di kamar mayat darurat yang didirikan petugas medis rumah sakit yang berjaga di lapangan dan mengobati puluhan terluka segera setelah peristiwa itu.

Laporan terakhir bahkan menyebutkan sedikitnya 124 orang tewas akibat tindakan yang diikuti pengumuman masa darurat nasional itu, sementara PBB mengatakan jumlah korban jiwa dapat mencapai ratusan jiwa. (P012)

Pewarta: Panji Pratama
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013