Proses pembuktian dan validasi besaran cadangan gas dan kondensat sangat dibutuhkan sebagai dasar pengambilan langkah-langkah dan pembangunan infrastruktur pendukung yang dibutuhkan untuk proses percepatan onstream

Jakarta (ANTARA) - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) saat ini fokus memvalidasi potensi gas pada sumber gas besar (giant discovery) di Blok Andaman, sekitar 100 kilometer Sumatera bagian utara.

Prioritas pertama tersebut bertujuan mengonfirmasi besar cadangan gas dan kondensat di wilayah kerja (WK) tersebut sehingga tidak memunculkan spekulasi di masyarakat.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D Suryodipuro dalam keterangan di Jakarta, Senin menjelaskan informasi tentang giant discovery tersebut telah menjadi angin segar bagi industri hulu migas di Indonesia.

Oleh karena itu, kata dia, percepatan terhadap proses eksplorasi dan produksi sangat dinantikan mengingat gas akan menjadi sumber energi andalan Indonesia.

"Proses pembuktian dan validasi besaran cadangan gas dan kondensat sangat dibutuhkan sebagai dasar pengambilan langkah-langkah dan pembangunan infrastruktur pendukung yang dibutuhkan untuk proses percepatan onstream," kata Hudi.

Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Mubadala Energy, perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA) di akhir 2023 mengumumkan penemuan besar cadangan gas bumi in place di WK South Andaman dengan potensi lebih dari 6 trillion cubic feet (TCF).

Temuan gas jumbo tersebut berasal dari Sumur Eksplorasi Layaran-1. WK South Andaman merupakan WK migas yang dilelang pada 2018 dan baru diteken kontrak pengelolaannya oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Mubadala Energy pada Februari 2019 dengan menggunakan mekanisme kontrak gross split.

Kendati demikian, Hudi menyayangkan beberapa informasi yang tidak akurat dan spekulatif terkait temuan cadangan gas tersebut. Salah satu informasi yang keliru ialah seolah-olah cadangan yang ditemukan adalah minyak dengan potensi mencapai miliaran barel. Bahkan, ia juga mengatakan temuan tersebut juga dihubungkan dengan penghapusan kemiskinan di Aceh.

"Informasi ini tentu sangat misleading dan menyesatkan sehingga perlu diluruskan agar tidak memunculkan spekulasi di publik, khususnya bagi masyarakat Aceh," ujar Hudi.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, total sumber daya di area Andaman diperkirakan sebesar 4,965 juta barel minyak ekuivalen (MMBOE). Saat ini, di blok tersebut terdapat dua konsorsium besar KKKS, yakni Harbour Energy dan Mubadala Energy.

SKK Migas menyebut bahwa saat ini penemuan gas jumbo di South Andaman masih dalam tahap awal eksplorasi. Mubadala Energy sedang melakukan serangkaian tes seperti core analysis, fluid analysis, dan juga post drill analysis.

Nantinya, dari sumur eksplorasi dan appraisal itu akan disusun penentuan status eksplorasi (PSE) sebagai dasar rencana pengembangan atau Plan of Development (PoD) sesuai hasil kajian teknis, ekonomis, skenario pengembangan hingga komersialisasi.

"Terkait infrastruktur termasuk pembangunan kilang LNG akan terjawab setelah PoD selesai. Secara umum betul penemuan gas ini akan butuh infrastruktur agar bisa dikomersialkan," ungkap Hudi.

Sebelumnya, Presiden Direktur Mubadala Energy Indonesia Abdulla Bu Ali berkunjung ke Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (5/1).

Dalam kunjungan yang turut dihadiri Menteri ESDM Arifin Tasrif, Direktur Jenderal Migas Tutuka Ariadji, dan Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto tersebut, Abdulla menyampaikan hasil pengeboran Layaran-1 serta memberikan perkembangan terkini mengenai kegiatan operasional Ruby dan kerja sama di bidang panas bumi dengan Pertamina dan Chevron, yang merupakan upaya Mubadala Energy dalam mendukung transisi energi.

Abdulla mengatakan penemuan sumber gas itu merupakan bagian dari program Mubadala Energy ke depan dalam mendukung target produksi Indonesia di 2030, yaitu 1 juta barel minyak bumi per hari dan 12 miliar kaki kubik gas bumi per hari.

"Indonesia memiliki potensi yang luar biasa terkait cadangan migas, penemuan ini patut disyukuri dan diharapkan dapat mendukung target produksi tahun 2030." ujar dia.

Setelah penemuan itu, Mubadala Energy akan mempercepat proses menuju onstream. "Jika sesuai rencana, kami berharap pada tahun 2030, proyek South Andaman sudah dapat mulai onstream," tuturnya.

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024