Yerusalem (ANTARA News) - Israel membebaskan 26 tahanan Palestina pada Rabu untuk menjaga proses perdamaian yang disponsori Amerika Serikat berjalan sesuai rencana.
Israel dan Palestina akan memasuki babak kedua perundingan tetapi langkah-langkah diplomasi masih terganggu oleh rencana-rencana Israel untuk memperluas permukiman di wilayah yang diklaim Palestina sebagai negara masa depan Palestina.
Para perunding dari kedua pihak akan bertemu Rabu siang di Yerusalem, kota yang menjadi pusat konflik selama puluhan tahun, setelah kebuntuan selama tiga tahun berakhir dengan penyelenggaraan pembicaraan babak pertama di Washington bulan lalu.
Pertemuan-pertemuan lanjutan diperkirakan berlangsung tiap beberapa pekan di sejumlah kota termasuk Jericho di wilayah pendudukan Tepi Barat.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry berhasil mengajak kedua pihak untuk mencapai persetujuan untuk mengadakan pembicaraan setelah usahanya selama sembilan bulan.
Israel menyatakan pihaknya mendukung visinya tetapi beberapa hari lalu telah mengumumkan rencana-rencana menaikkan jumlah permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, yang bersama dengan Jalur Gaza pihak Palestina inginkan sebagai bagian dari negara mereka dalam perjanjian.
Sebanyak 26 pria yang dibebaskan itu merupakan kelompok pertama dari 104 orang Palestina yang menjalani hukuman, banyak di antaranya karena melakukan serangan mematikan atas warga Israel.
Mereka memperoleh pengampunan dalam satu langkah yang bisa memperbaiki posisi Presiden Mahmoud Abbas di dalam negeri kendati tuntutan-tuntutannya yang dibatalkan atas syarat bagi pembicaraan damai untuk menghentikan pembangunan permukiman.
Abbas mendapat kecaman tidak hanya dari Hamas yang menguasai Jalur Gaza tetapi dari dalam pemerintahannya sendiri.
"Pemerintahan Israel yang ektrimis terus eksploitasi perundingan sebagai pelindung rencana-rencana permukimannya," kata Qais Abdul Kareem, anggota senior Organisasi Pembebasan Palestina, dalam satu pernyataan yang mengutuk pembebasan tahanan itu sebagai barter.
Sebagian besar kekuatan dunia mengatakan permukiman itu ilegal.
Hampir 600.000 warga Israel tinggal di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, di antara 2,5 juta warga Palestina.
Israel telah mengumumkan rencana-rencananya untuk membangun 3.100 unit rumah baru belum lama ini.
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013