Tak ada kemajuan dalam perundingan, satu-satunya cara ialah kembali. Moursi harus dikembalikan pada posisinya."
Kairo (ANTARA News) - Para pendukung dan penentang presiden terguling Mohammad Moursi bentrok di jalan-jalan di pusat kota Kairo pada Selasa.
Mereka saling melempar batu sementara polisi melepaskan gas air mata, lapor Reuters.
Kekerasan itu meletus ketika satu proposal yang diajukan Al Azhar, otoritas keagamaan terkemuka di Mesir, untuk merujukkan kelompok-kelompok yang bertikai dalam krisis politik itu tampaknya mengalami kemajuan selangkah.
Ikhwanul Muslimin, organisasi asal Moursi menyatakan pihaknya siap berperan serta dalam pembicaraan sepanjang berada dalam kerangka yang benar.
Tetapi bentrokan-bentrokan itu menunjukkan negara itu masih terbelah enam minggu setelah militer menggulingkan Moursi.
Lokasi-lokasi protes Ikhwanul Muslimin di Alun-alun Nahda dan sekitar masjid Rabaa al-Adawiya di Kairo merupakan fokus dari krisis itu.
Para pendukung Moursi tetap mengadakan aksi mereka di balik penghalang-penghalang yang mereka buat pada Selasa sementara para pemimpin Mesir berdebat bagaimana menghentikan aksi duduk mereka di kedua lokasi itu.
Kepolisian tampak belum menumpas aksi-aksi itu kendati peringatan-peringatan dikeluarkan pemerintah sementara yang didukung tentara supaya para pengunjuk rasa membubarkan diri atau meninggal lokasi-lokasi itu dengan damai.
Tetapi bentrokan-bentrokan pecah di Kairo tengah ketika para pendukung Moursi berpawai menuju gedung Kementerian Dalam Negeri.
Warga dan penjaga toko yang pro tentara meledek mereka dengan sebutan teroris dan mengatakan mereka tak mendapat sambutan. Mereka kemudian melempar batu ke arah pengunjuk rasa dan saling melempar batu tak terelakkan.
Sejumlah orang melempar botol ke pengunjuk rasa dari balkon rumah. Kemudian polisi menembakkan gas air mata ke arah para pengunjuk rasa. Kaum wanita dan anak-anak yang turut berunjuk rasa menyelamatkan diri dalam keadaan panik.
Bentrokan-bentrokan meluas ke beberapa jalan dan menyebabkan sejumlah ruas jalan di ibu kota itu macet.
"Tak ada kemajuan dalam perundingan, satu-satunya cara ialah kembali. Moursi harus dikembalikan pada posisinya," kata Karim Ahmed, seorang mahasiswa, yang membawa foto Moursi.
Moursi berkuasa pada Juni 2012 setelah terpilih menjadi presiden pertama melalui pemilihan demokratis menyusul penggulingan orang kuat Hosni Mubarak dalam pergolakan rakyat tahun sebelumnya.
Tetapi ia dipandang gagal memperbaiki ekonomi Mesir dan mencemaskan warga negara itu karena usaha-usahanya memberlakukan pemerintahan Islam di negara sebagian besar berbangsa Arab itu.
Tentara menggulingkan Moursi di tengah-tengah demonstrasi besar menentang pemerintahannya. Moursi dan para pemimpin Ikhwanul Muslimin sekarang masih ditahan oleh tentara.
Penerjemah: Mohamad Anthoni
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013