Tianjin (ANTARA) - Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun mengajak mahasiswa Indonesia yang sedang bersekolah di Tianjin, China dapat ikut mempererat relasi kedua negara.
"Hubungan Indonesia-China ada di tiga isu, politik keamanan, ekonomi pembangunan dan pertukaran budaya dan masyarakat. Bisa saja di bidang politik keamanan serta ekonomi pembangunan mengalami pasang surut, namun bila relasi antarmasyarakatnya kuat maka dua bidang lainnya dapat dengan cepat pulih," kata Dubes Djauhari Oratmangun di Tianjin Normal University, Tianjin pada Sabtu (6/1).
Dubes Djauhari menyampaikan hal tersebut kepada sebanyak 13 orang mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Tianjin Normal University, Tianjin University dan kampus lain di Tianjin.
"Menurut saya tepat bersekolah di China karena perkembangan China dalam 20 tahun terakhir sangat cepat sehingga saat bersekolah di sini dapat langsung paham bahasa dan budayanya," ujar Dubes Djauhari.
Relasi ekonomi Indonesia-China, lanjut Djauhari, juga semakin besar karena volume perdagangan Indonesia-China pada 2022 mencapai 149,6 miliar dolar AS (sekitar Rp2,31 kuadriliun) atau naik sekitar dua kali lipat dibanding pada 2018 yang mencapai 72 miliar dolar AS (sekitar Rp1,11 kuadriliun).
Sementara realisasi investasi China di Indonesia mencapai 149,6 miliar dolar AS (sekitar Rp2,31 kuadriliun) pada 2022.
"We are doing prette well, tinggal untuk pariwisata yang belum pulih seperti sebelum pandemi karena sebelumnya turis dari China dapat mencapai 2,1 juta orang tapi sekarang belum," ungkap Dubes Djauhari.
Dia pun mendorong agar para mahasiswa juga bisa belajar ekosistem digital di China termasuk di perusahaan-perusahaan digital raksasa asal China seperti Alibaba, Huawei, Tencent dan lainnya.
"Bisa juga belajar di bidang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kerja sama Indonesia-China di bidang kesehatan karena belajar dari pandemi, kita harus bersiap untuk penyediaan vaksin, obat dan alat kesehatan lainnya karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi ke depannya," paparnya.
Kerja sama lain yang disampaikan adalah di bidang pembangunan infrastruktur mulai dari pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung, pelabuhan, jembatan, koridor ekonomi di Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Bali hingga Sulawesi Utara.
"Di Tanah Air, alumni-alumni asal China juga mulai menunjukkan giginya, seperti juga alumni dari negara lain, jadi saya harap selama berada di China dapat belajar yang baik dan taati aturan karena hukum di sini sangat jelas," ucap Dubes Djauhari.
Salah satu mahasiswi dari Tianjin Normal University yang mengambil jurusan pendidikan bahasa China menanyakan soal potensi pengajaran bahasa Mandari di Tanah Air.
"Sudah ada enam kampus di Indonesia yang memiliki kerja sama dengan 'Chinese Language and Innovation Center' yaitu kerja sama strategis dengan pemerintah China untuk memberikan pembelajaran dan pengujian bahasa Mandarin, jadi di Indonesia juga semakin banyak orang yang ingin belajar bahasa Mandarin," jawab Dubes Djauhari.
Sebanyak enam kampus Indonesia tersebut adalah Universitas Pancasila, LSPR Institute of Communication and Business, Universitas Gadjah Mada, Universitas Ciputra Surabaya, Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Padjadjaran.
"Silakan juga orang Indonesia bekerja di negara lain karena suatu ketika juga bisa kembali ke Indonesia untuk bekerja di Indonesia saat ada peluang. Saya menyebutkan sebagai brain circulation, bukan brain drained, karena jejaring diaspora juga bisa berkontribusi untuk pembangunan Indonesia," tutur Dubes Djauhari.
Mahasiswa RI itu berkumpul dalam rangka meramaikan kompetisi video "My Story with China" untuk mahasiswa internasional ASEAN yang berada di Beijing, Tianjin dan Hebei, dengan tuan rumah Tianjin Normal University.
Lomba tersebut diadakan oleh "Center for Language Education and Cooperation" dan "ASEAN-China Center" didukung oleh "International Society for Chinese Language Teaching", "China Education Press", "China Education Internasional Exchange Associate" serta "Beijing-Tianjing-Hebei Education Committees".
Baca juga: Mahasiswa Indonesia bagikan kisah kereta cepat di China
Ada 306 video yang diterima panitia selama 8 bulan dan melibatkan lebih dari 3.000 mahasiswa serta dosen serta 62 organisasi.
Terdapat empat kategori yang dilombakan dengan pemenang yang berbeda di masing-masing kategori yaitu "Youth Elites" (10 pemenang), "Youth Talents" (10 pemenang), "Star of Style" (20 pemenang) dan "Star of Future" (32 pemenang). Para pemenang dipilih melalui voting daring yang mencapai 20 ribu voting.
Sejumlah mahasiswa Indonesia menjadi pemenang di kategori "Youth Talents" yaitu Clarissa dan Tiffani dari kampus Tianjin Conservatory of Music yang membawakan duet piano, Wulidha Fitri dan kawan-kawan dari Beijing Normal University menang di kategori "Star of Style" dan Gilbert Lie dan kawan-kawan dari Hebei Normal University menang di kategori "Star of Future" yang membawakan lagu Haiji de ta ceng shuo (Ingat ketika dia berkata).
Baca juga: Wapres minta mahasiswa RI di Shanghai tidak keterusan di luar negeri
Baca juga: Gubernur BI promosikan QRIS ke mahasiswa Universitas Tsinghua
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024