Jakarta (ANTARA News) - Dunia jangan berharap banyak pada PBB untuk menghentikan agresi brutal Israel ke Palestina dan Lebanon, karena PBB hanyalah alat negara-negara yang kuat, kata Pakar Politik Prof Dr Maswadi Rauf. "Perlu diketahui, yang berlaku dalam sistem internasional adalah hukum rimba, itulah sifat politik internasional, siapa kuat dialah yang menang dan menentukan dunia sesuai kepentingannya," kata Guru Besar UI itu ketika dihubungi ANTARA News di Jakarta, Minggu. Dalam kasus nuklir Iran, misalnya, Barat memaksa Iran menghentikan program pengayaan uraniumnya melalui tangan Dewan Keamanan (DK) PBB, meski Iran beralasan untuk tujuan damai. "Padahal mereka sendiri sudah lama menjalankan program sejenis," katanya. Di sisi lain, urainya, dalam kasus Palestina, PBB justru menjadi alat pembiaran agresi Israel. PBB tak bisa diharapkan untuk memaksa negara berdaulat Israel menyerang negara lain yang kedaulatannya tak bermanfaat. PBB, ujarnya, bukanlah alat untuk berdemokrasi, bukan alat penegakkan Hak Asasi Manusia dan tidak diperuntukkan untuk membela yang lemah. "Sudah berapa banyak resolusi PBB yang tak dijalankan, belum lagi yang sebelum menjadi rancangan resolusi sudah dimentahkan dengan veto," katanya. Pada kasus Irak, lanjut dia, PBB memang tak berhasil digunakan untuk membumihanguskan Irak, namun AS tetap tidak dapat dihentikan oleh badan itu untuk melakukan invasi ke Irak yang dengan dukungan sekutu-sekutunya melakukan aksi unilateralisme. "Indonesia sudah maksimal, mengutuk sudah, berdemo sudah, mengupayakan diplomasi internasional sudah, namun hukum internasional memang hanya untuk yang kuat," katanya. Namun demikian, PBB sebagai organisasi tempat bernaung segala bangsa, menurut dia, bukannya tak berguna dan perlu dibubarkan, karena keberadaan PBB bagus untuk meningkatkan kerjasama antar bangsa. PBB, urainya, masih memiliki kebaikan untuk meningkatkan kerjasama internasional, tetapi tidak untuk menyelesaikan perang dan tidak untuk menghentikan agresi. (*)

Copyright © ANTARA 2006