Samarra, Irak (ANTARA News) - Serangan bom bunuh diri terhadap sebuah kafe di sebelah utara Baghdad menewaskan 16 orang, Senin, kata seorang pejabat setempat, sehari setelah kelompok Al Qaida di Irak mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan yang menewaskan puluhan orang.

Militan melancarkan serangan terhadap kafe-kafe di Irak dalam beberapa pekan terakhir ini, khususnya selama bulan suci Ramadhan.

Lebih dari 800 orang tewas dalam serangan-serangan selama Ramadhan, yang dimulai pekan kedua Juli dan berakhir pekan lalu dan telah menjadi salah satu bulan paling mematikan di Irak.

Serangan bom bunuh diri Senin terjadi di sebuah kafe di kota Balad sekitar pukul 18.30 waktu setempat (pukul 22.30 WIB) dan juga mencederai lebih dari 35 orang, kata ketua dewan kota Faris Jaafar.

Pemboman itu terjadi sehari setelah kelompok Al Qaida di Irak mengklaim serangan-serangan yang menewaskan lebih dari 70 orang pada Sabtu.

Serangan itu juga terjadi beberapa pekan setelah penyerbuan terhadap penjara di dekat Baghdad yang juga diklaim oleh Al Qaida di Irak berhasil membebaskan ratusan tahanan yang mencakup militan-militan utama.

Serangan-serangan di Irak meningkat tahun ini, khususnya sejak operasi keamanan 23 April di sebuah lokasi protes Arab Sunni anti-pemerintah yang menyulut bentrokan-bentrokan yang menewaskan puluhan orang.

Kekerasan Senin itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.

Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.

Jumlah kematian akibat serangan-serangan di Irak melampaui 3.300 orang sejak awal tahun ini.

Gelombang serangan di Irak meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008.

Jumlah kematian pada Maret mencapai 271, sementara sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.

Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.



Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013