Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Ismed Hasan Putro meminta anggota DPR segera membahas masalah terbatasnya pasokan dan mahalnya harga daging sapi yang kerap terjadi saat Idul Fitri.
"Sebaiknya DPR segera bicara soal daging sapi. Bahas dan pertanyakan persoalannya, apa yang salah, karena kasihan rakyat," kata Ismed kepada wartawan saat menghadiri halalbihalal BUMN di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Senin.
Ismed mengatakan seharusnya negara memiliki kekuatan menekan harga daging sapi. Misalnya, dengan cara mengganti tata kelola yang selama ini berbasiskan kuota menjadi berbasis tarif, serta mengganti zona perolehan sapi impor yang berbasiskan negara menjadi per wilayah.
"Karena kalau kita diproteksi (impor) misalnya hanya dari Australia kan pasarnya terbatas. Itu yang menyebabkan kekhawatiran monopoli yang dilindungi. DPR semestinya berinisiatif mengubah itu, tata niaga sapi itu," ujar dia.
Dia mengatakan tanpa mengubah tata niaga sapi maka Indonesia akan terus mengalami kekurangan pasokan sapi atau mahalnya harga.
Ismed menyatakan RNI sejatinya telah meminta kuota impor daging sapi kepada pemerintah pada bulan lalu, namun tidak mendapatkan respon.
"Padahal kalau kita dikasih kuota impor, saya akan jual harga daging Rp50 ribu, tetapi tidak digubris. Kasihan Pak SBY harus turun tangan marah karena tidak bisa mengendalikan harga daging," ucap dia.
Lebih jauh dia menilai mahalnya daging sapi pada bulan Ramadhan kemarin disebabkan banyak faktor. Salah satunya saat Kementerian Perdagangan memberikan kuota impor kepada sejumlah importir, tidak dapat dipastikan apakah sapi yang diimpor benar-benar dipotong atau tidak.
"Pertanyaannya sapinya dipotong apa tidak. Kalau dipotong dijual ke mana. Mungkin tidak dipotong, dipakai untuk Idul Adha, sehingga harga naik lagi, dan nantinya pemerintah dianggap gagal lagi," tukasnya.
Sementara itu, menurut dia, sejumlah pejabat sibuk beretorika dapat menurunkan harga daging sapi menjelang Idul Fitri.
"Tetapi buktinya daging sapi Rp110 ribu. Lalu dikatakan lagi harga daging akan normal pada akhir Desember 2013, pokoknya hanya akan, akan dan akan," kata dia.
Di sisi lain upaya Badan Urusan Logistik (Bulog) mengimpor 3.000 ton daging sapi beku untuk stabilisasi harga, menurut dia, diikuti dengan praktik-praktik ketidaksukaan terhadap perusahaan BUMN itu.
"Ada perang dagang, ketidaksukaan terhadap Bulog yang berawal sejak penugasan terhadap Bulog. Mulai dari para pelaku yang sudah mendapatkan keuntungan sebelumnya, karena ada Bulog jadi berkurang keuntungan mereka," ujarnya.
Dia mengatakan apabila seluruh pihak mendukung upaya Bulog, maka harga daging sapi saat Ramadhan seharusnya bisa ditekan.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013