Kendari (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Sabtu malam, membuka Musyabaqah Tilawatil Qur`an tingkat nasional (MTQN) XXI yang diikuti 33 provinsi dari seluruh tanah air. Pembukaan MTQN yang berlangsung dua jam lebih, diikuti hampir 3.000 kafilah dari 33 provinsi, 6.000 undangan dan sekitar 30.000 masyarakat Sultra yang memadati Alun-alun Sultra seluas 14 hektare. Tari syukur dalam bentuk kolosal yang ditarikan 1.050 orang siswa SMU, SLTP dan MAN dengan koreografer Boi G. Sakti memukau Presiden beserta Ibu Ani Susilo Bambang Yudhoyono serta kafilah dan penonton yang memadati tempat tersebut. Presiden saat membuka MTQN menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada Pemprov dan Gubernur Sultra atas penyelenggaraan MTQN. "Saya melihat keramah tamahan saudara dan masyarakat Sultra. Semoga sifat yang Islami ini berkembang di seluruh Indonesia," ujar Presiden. Gubernur Sultra Ali Mazi melaporkan, Alun-alun Sultra yang digunakan sebagai lokasi utama MTQN, dahulunya adalah rawa, semak dan lingkungan kumuh. Area tersebut yang terdiri dari dua pendopo utama dibangun dengan arsitektur Islami dengan pola terbuka menggunakan dana Rp6,3 miliar. Setelah MTQN ini, Alun-alun Sultra akan dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi, olahraga dan berbagai kegiatan lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat serta diharapkan keberadaan alun-alun tersebut dapat menumbuhkan perekonomian di Kendari, minimal pada lokasi tersebut. Di dalam kawasan Alun-alun tersebut juga sedang dibangun Menara Persatuan dan diharapkan rampung akhir tahun 2006 ini, ujar Gubernur Ali Mazi. Seluruh kafilah yang datang ke Kendari, kata Gubernur diinapkan di 46 hotel, 17 gedung pemerintah serta rumah masyarakat. Arus manusia yang memadati Alun-alun Sultra sudah mulai masuk kawasan sejak pukul 17:00 Wita, sedangkan pembukaan MTQN dilakukan pukul 20.00 hingga 22:08 Wita. Seluruh ruang terbuka tersebut dipadati pengunjung, sehingga sebelum dan setelah acara terjadi kemacetan totalarus kendaraan hingga lebih satu jam dan kemacetan semacam itu baru pertama kali terjadi di Kendari.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006