Tidak hanya itu, Ratchanok juga menjadi pemain Thailand pertama yang meraih gelar juara dunia pada usianya yang baru menginjak 18 tahun.
Juara dunia junior berturut-turut tahun 2009, 2010, dan 2011 itu memang tampil gemilang. Ia mampu membuat Li, peraih medali emas Olimpiade London 2012, tidak berkutik pada pertarungan sengit yang berlangsung selama 65 menit itu.
Pertandingan berlangsung ketat sejak awal game pertama. Lalu Li yang mendapat dukungan penuh dari publik China memecah kebuntuan dengan memimpin permainan 19-12. Secara mengejutkan, Ratchanok mengejar Li dan berbalik unggul 22-20 untuk merebut game pertama.
Game kedua juga berlangsung ketat. Kejar mengejar angka tidak dapat dihindari 7-7, lalu 10-10, dan 14-14. Kemudian Li memimpin 17-15 namun Ratchanok masih terus membayang-bayanginya dan cukup mengancam. Kedudukan menjadi 19-16 hingga akhirnya Li berhasil memperpanjang nafasnya dengan skor 21-18 setelah pukulan Ratchanok terjebak di jaring net.
Pada game penentuan, Ratchanok bangkit. Ia mengendalikan permainan, meninggalkan Li yang mulai tampak frustasi dengan skor 9-3. Li bersusah payah untuk mengejar. Ia berhasil mendekati Ratchanok 12-14.
Akan tetapi Li mulai kepayahan. Ratchanok terus bergerak lincah mengejar ke manapun bola-bola diberikan oleh Li, bola sulit sekalipun. Sementara pukulan Li, tidak lagi membahayakan. Ratchanok semakin meninggalkan Li 19-13. Pukulan Li yang terlalu melebar kesamping memberi kemenangan bagi Ratchanok 21-14 atas Li.
Kemenangan Ratchanok sekaligus mematahkan dominasi tunggal putri China dalam kejuaraan internasional bulu tangkis. Li pun tak kuasa menahan rasa haru-nya dengan bersimpuh di lapangan dan memberi salam kepada penonton.
Pewarta: Monalisa
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2013