Surabaya (ANTARA News) - Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina (Persero) Ari Sumarno menegaskan bahwa pengeboran di sumur minyak Sukowati, Bojonegoro, Jatim, yang sempat meledak pada Sabtu (29/7) dinihari tidak akan dihentikan."Ya, dilanjutkan, kalau berhenti ya nggak akan mendapatkan minyak," ujarnya usai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) Pertamina-PBNU di sela-sela Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) NU di Surabaya, Sabtu.Menurut dia, hal itu (ledakan) sudah biasa terjadi dalam pengeboran, tapi yang penting sudah bisa diatasi."Desain sumur Sukowati itu sudah cukup baik dan sesuai dengan spesifikasi, sehingga ledakan pukul 01.30 WIB itu sudah bisa diatasi dengan cepat pada pukul 05.00 WIB," ungkapnya. Ia menilai ledakan di Sukowati itu sebenarnya tidak ada, melainkan "gas buss" yang berupa dorongan dari bawah naik ke atas, sehingga seperti ledakan, kemudian dorongan yang keluar itu dimasukkan ke ruang flare sehingga muncul api. "Tapi, hal itu (ledakan) sudah dapat diatasi dengan injeksi air dan lumpur. Jadi, nggak berbahaya dan sudah berhenti," tegasnya. Ditanya banyaknya warga sekitar sumur minyak itu yang masuk ke rumah sakit, ia mengatakan hal itu akibat adanya kekhawatiran munculnya H2S, tapi ternyata tidak ada. "Mereka ke rumah sakit, karena takut keracunan, tapi hal itu bukan racun, melainkan ledakan yang membuatnya kaget, lalu kehilangan oksigen dan akhirnya pingsan, padahal hal itu sudah biasa dan yang penting bisa diatasi," katanya. Ia menyatakan hal itu tidak berbahaya dan mungkin saja akan terjadi lagi, karena itu yang penting adalah diantisipasi sesuai dengan standar internasional dan prosedur antisipasi yang baku. "Santunan untuk warga sekitar sumur minyak akan dibicarakan dengan operator yang ada (Petrochina)," ucapnya. ANTARA mencatat hingga menjelang subuh ada setidaknya 17 warga yang menjalani perawatan di RSU Sosodoro Djatikoesoemo, diantaranya Nurkayan (49) penduduk Campurejo, yang sempat menderita serius dan terpaksa diinfus serta dibantu oksigen.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006