Permintaan dari konsumen usai Lebaran masih tinggi..."
Cirebon (ANTARA News) - Para pedagang di daerah pantai utara (pantura) di Cirebon, Jawa Barat, mengaku kiriman daging ayam potong terhambat arus mudik Lebaran sehingga penjualannya belum normal dalam beberapa hari ini.
"Kiriman daging ayam potong dari peternak masih terhambat arus balik Idul Fitri 1434 Hijriyah, sehingga persediaan terganggu, padahal permintaan jelang gerebeg Syawal cukup tinggi," kata H. Yustinah, salah seorang pedagang daging ayam potong di pasar tradisional Kanoman Kota Cirebon kepada wartawan di Cirebon, Sabtu.
Ia menjelaskan, kiriman daging ayam setiap arus mudik dan balik lebaran Idul Fitri sering terhambat, karena lalu lintas mengarah Kuningan dan Jawa Tengah macet, padahal kebutuhan cukup tinggi.
"Permintaan dari konsumen usai Lebaran masih tinggi, sedangkan kiriman terbatas dampaknya harga bertahan tinggi, diperkirakan lebaran ketupat harganya kembali melambung,"katanya.
Sementara itu, Yanto, pedagang daging ayam potong lain di Cirebon, menuturkan bahwa permintaan daging ayam potong awal Ramadhan hingga menjelang lebaran Idul Fitri cukup tinggi, tetapi kendalanya kiriman serig terganggu arus mudik dan bali.
Pasokan ayam potong dari peternak terhambat, kata dia, para pedagang kekurangan daging ayam tersebut, sehingga tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat Cirebon, terutama menjelang gerebeg Syawal.
Harga daging ayam potong sebelumnya awal bulan Ramadah dijual Rp 40 ribu per kilogram, sempat turun menjadi Rp30.000 per kilogram, puncaknya sehari jelang (H-1) Lebaran mencapai Rp45.000 diperkirakan akan bertahan tinggi,katanya.
Aceng Husein pemasok daging ayam menuturkan, arus mudik dan balik lebaran kondisi lalu lintas di Pantura Cirebon, Kuningan, Majalengka, Indramayu dan arah Jawa Tengah sering macet, sehingga mengganggu kiriman daging ayam tersebut.
Pengiriman ayam hidup dari peternak, kata dia, harus memperhitungkan kondisi cuaca, perjalanan siang hari berisiko tinggi jika terjebak macet, ayam mati sebelum tiba dipedagang, sehingga peternak merugi.
Pewarta: Enjang Solihin
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013