Jakarta (ANTARA) - Tim penyelamat Jepang berpacu dengan waktu guna mencari korban selamat dari puing ke puing akibat gempa dahsyat Senin (1/1) lalu ketika hujan lebat dan cuaca dingin yang diperkirakan bakal segera turun.
Menurut laman harian Jepang, Asahi Shimbun, Perdana Menteri Fumio Kishida menyebutkan bahwa tim penyelamat berpacu dengan waktu mencari korban selamat akibat gempa bumi dahsyat yang menewaskan sedikitnya 73 orang di Jepang bagian barat.
Sebanyak 15 orang resmi dinyatakan hilang yang mungkin masih terjebak di bawah bangunan-bangunan yang runtuh.
Prefektur Ishikawa dan daerah-daerah sekitarnya menjadi kawasan yang paling sering diguncang gempa susulan pada Rabu.
Gempa bermagnitudo 7,6 yang terjadi Senin lalu itu berpusat di dekat Noto yang berjarak 300 kilometer dari Tokyo.
Gempa itu sempat memicu peringatan tsunami, dan memang di beberapa tempat muncul gelombang berukuran setinggi 1 meter.
Para ahli di Jepang menyatakan, 72 jam pertama sangat penting bagi tim penyelamat dan unit anjing pelacak dalam mencari korban yang diperkirakan masih hidup, karena prospek bertahan hidup terus berkurang setelah kerangka waktu itu.
"Kami mendapatkan laporan bahwa banyak orang masih menunggu diselamatkan di bawah berbagai bangunan yang runtuh," kata Fumio Kishida kepada wartawan.
Semenanjung Noto yang sempit mempersulit tim penyelamat dalam mencapai sejumlah tempat terdampak gempa, sementara aliran air bersih, listrik, dan jaringan telepon seluler masih terputus di beberapa daerah.
Dari 73 orang yang tewas, 39 orang berasal dari kota Wajima, sementara 23 lainnya tewas di Suzu, kara otoritas Prefektur Ishikawa.
Korban meninggal dunia lainnya terdapat di lima kota di prefektur yang sama. Lebih dari 300 orang terluka yang 25 di antaranya mengalami luka serius.
Sekitar 33.000 orang tinggal di tempat-tempat pengungsian yang beberapa di antaranya mengaku kelaparan dan kedinginan, serta tak bisa tidur dan ketakutan.
Sementara itu harian Jepang lainnya, Yomiuri Shimbun, melaporkan bahwa Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan Jepang mengeluarkan perintah tertulis pada 1 Januari kepada pemerintah di beberapa prefektur .
Mereka diperintahkan mengambil langkah menyeluruh dalam mencegah penyebaran penyakit menular di tempat penampungan pengungsi.
Kementerian itu meminta pemerintah di setiap prefektur mengeluarkan anjuran memakai masker dan mencuci tangan, dan menekankan pentingnya ventilasi yang baik.
Kementerian itu merekomendasikan pembukaan pintu dan jendela ketika efek ventilasi mekanis tidak mencukupi atau ketika terlalu banyak orang berkumpul di satu tempat.
Baca juga: KBRI Tokyo siapkan bantuan WNI korban gempa Ishikawa
Baca juga: Foto: Rentetan gempa di Jepang tewaskan 48 orang, rusak infrastruktur
Baca juga: Gempa Jepang akibat pergerakan patahan sepanjang 150 km, sebut pakar
Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024