Kita masih menghadapi organisasi-organisasi regional ini seperti AQAP yang menimbulkan ancaman."
Washington (ANTARA News) - Presiden AS Barack Obama mengatakan, Jumat, cabang-cabang regional Al Qaida masih menimbulkan ancaman meski jaringan itu melemah secara keseluruhan.

Pernyataan itu disampaikan Obama setelah AS menutup sementara sejumlah kedutaan besarnya di kawasan Timur Tengah karena kekhawatiran mengenai keamanan, lapor AFP.

Obama mengatakan pada jumpa pers, AS ingin memperkuat kemampuan setiap negara untuk menghadapi militan Al Qaida.

"Al Qaida yang sangat terorganisasi dan relatif terpusat yang menyerang kami pada 11 September tercerai-berai. Dan mereka sangat lemah dan tidak memiliki banyak kemampuan operasional," kata Obama.

Meski demikian, presiden AS itu memperingatkan bahaya yang ditimbulkan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP) yang menguasai daerah-daerah di Yaman.

"Kita masih menghadapi organisasi-organisasi regional ini seperti AQAP yang menimbulkan ancaman," katanya.

Militan-militan regional bisa "menabrakkan truk berisi bom ke dinding kedutan dan membunuh sejumlah orang", lanjutnya.

Karenanya, menurut Obama, diperlukan sebuah strategi yang bisa memperkuat kemampuan negara-negara mitra dalam menangani ancaman regional semacam itu.

AS pekan lalu menutup lebih dari 20 kedutaan besar atau konsulatnya di negara-negara muslim karena kekhawatiran mengenai ancaman Al Qaida.

Semenanjung Arab merupakan pangkalan bersejarah Al Qaida, yang didirikan oleh militan kelahiran Arab Saudi, Osama bin Laden, yang tewas dalam serangan AS di Pakistan pada 2011.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.

Washington juga mencemaskan masalah keamanan sejak serangan terhadap konsulatnya di Benghazi, Libya, pada 11 September tahun lalu.

Serangan militan itu menewaskan empat warga AS, termasuk Duta Besar Chris Stevens.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013