Jakarta (ANTARA News) - Musibah bisa datang kapan pun. Tanpa diduga, "si jago merah" bisa saja mengamuk kapan saja termasuk saat Lebaran.
Mengingat kebakaran yang bisa saja terjadi saat libur Lebaran, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta harus terus siaga.
Di saat pegawai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bisa mudik atau libur bersama keluarga, personel pemadam tak bisa merasakan hal yang sama.
Kepala Peleton C Bidang Bantuan Operasi Penyelamatan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta Turut Abimanyu mengatakan pada saat malam takbiran dan hari Lebaran bukan berarti suasana Jakarta justru aman dari kebakaran.
Menurut dia, personel pemadam kebakaran justru harus lebih waspada saat Lebaran karena risiko kebakaran lebih banyak terjadi.
"Saat Lebaran, banyak rumah kontrakan yang ditinggal penghuninya mudik sehingga peralatan elektronik tidak ada yang mengawasi. Begitu juga dengan aktivitas ibu-ibu yang memasak lebih dibandingkan hari biasa," tuturnya.
Karena itu, sebagai personel pemadam kebakaran, berlebaran bersama keluarga, apalagi mudik ke kampung halaman menjadi sebuah impian yang mungkin tak bisa digapai setiap tahun.
Hanya personel yang cuti saja yang bisa berlebaran ke kampung halaman. Namun, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta memiliki aturan yang ketat terhadap cuti personelnya, yaitu hanya bisa lima persen dari total personel.
Marwanto, salah satu komandan regu di peleton C, mengatakan sebenarnya juga memiliki keinginan untuk berlebaran di kampung halaman bersama keluarga. Namun, karena tuntutan pekerjaan dia pun ikhlas menjalani.
"Kami ini ibarat Bang Toyib yang tak pulang-pulang. Syukur keluarga bisa memahami bahwa silaturahmi bisa di hari lain, tak harus saat Lebaran," tuturnya.
Suhada, komandan regu lain di peleton C, juga mengatakan saat Lebaran bukan berarti situasi Jakarta aman dari kebakaran. Beberapa tahun lalu misalnya, kebakaran terjadi tepat pada hari Lebaran.
"Saat itu saya mau shalat Idul Fitri, baru saja duduk. Tiba-tiba dipanggil karena ada kebakaran di Kemayoran," katanya.
Mengatasi kebakaran saat Lebaran, apalagi bertepatan dengan shalat Idul Fitri pun memiliki kendala sendiri. Suhada mengatakan saat itu kendaraan pemadam mengalami kesulitan menuju lokasi kebakaran karena banyaknya jalan yang ditutup untuk shalat Idul Fitri.
"Kami sempat putar-putar dulu. Namun akhirnya ada masyarakat yang bisa memahami dan kami diutamakan supaya bisa lewat," ujarnya.
Tutur mengatakan personel Bidang Bantuan Operasi Penyelamatan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta dibagi menjadi tiga peleton yang bertugas setiap 24 jam. Satu peleton terdiri atas tujuh regu dengan personel sekitar 50-an orang.
Namun, meskipun dibagi dengan masa tugas 24 jam, dalam kejadian luar biasa bisa saja ketiga peleton tersebut dikerahkan. Turut mengatakan saat kebakaran besar melanda Tanah Abang pada 2003, ketiga peleton diberangkatkan untuk memadamkan api.
"Begitu pula dengan kebakaran di Plumpang atau saat banjir melanda Jakarta beberapa waktu lalu, semua personel dikerahkan. Jadi meskipun tidak sedang bertugas, dua peleton lain tetap harus 'stand by' bila ada panggilan," katanya.
Dengan jajaran suku dinas pemadam kebakaran dan penanggulangan bencana se-DKI Jakarta, maka setiap hari ada 800 personel yang siap siaga memadamkan api apabila terjadi kebakaran, termasuk saat libur Lebaran.
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013