... menyebutnya eidiya... "

Jakarta (ANTARA News) - Masyarakat Kesultanan Oman di Jazirah Arab merayakan Idul Fitri hari ini, sementara di Indonesia dan negara-negara lain telah berlebaran pada hari lalu.

Bila para pria di Indonesia banyak memakai baju koko dan peci serba putih, warga Oman (Omani) biasa mengenakan pakaian tradisional bernama dishdasha (seperti gamis) lengkap dengan peci yang dibalut sorban.

"Sementara itu, khatibnya juga membawa khanjar, pisau pendek tradisional yang ditaruh di pinggang depan perut," kata Budi Suwardoyo (35), yang sudah menetap empat tahun di Muscat pada ANTARA News.

Pada beberapa suku Oman, di antaranya yang berdiam di Kota Salalah, khanjar itu juga disebut sebagai ghambia. Mirip dengan keris, gambhia alias khanjar juga lambang eksistensi lelaki di sana.

Oman termasuk negara makmur di dunia, nilai dan kurs mata uang resminya, dinar Oman, berkali lipat tinimbang dolar Amerika Serikat ataupun euro.

Usai shalat Ied, mereka berkumpul dengan para keluarga dan saling mengucapkan selamat Idul Fitri meski tak ada tradisi seperti sungkem.

"Di sini tidak ada kewajiban meminta maaf pada orangtua seperti itu, tapi saya biasa mengecup kepala mereka dan mengucapkan selamat Idul Fitri," seperti dikemukakan Saleh Sa'id Al Harthy (29) pada Budi.

Menurut warga Oman yang bekerja di perusahaan minyak itu, saat lebaran mereka biasa memakan menu yang berbeda selama tiga hari.

Hari pertama, hidangan yang biasa disantapnya adalah arsiya (kombinasi nasi dan daging, biasa dimakan saat sarapan).

Aneka panggangan menjadi menu untuk hari kedua, sementara shuwa (daging sapi/kambing berbumbu yang dimasak dalam oven bawah tanah, biasanya selama 24 jam) adalah hidangan di hari ketiga.

Tradisi memberi uang untuk anak-anak kecil juga dikenal oleh masyarakat Oman. "Kami menyebutnya eidiya," imbuhnya.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013