Bojonegoro (ANTARA News) - Dampak musibah di sumur minyak Sukowati di Desa Campurejo Kecamatan Kota Bojonegoro, ratusan siswa SDN, SLTP, dan SMU di tiga desa yakni Desa Ngampel, Sambiroto, Kec. Kapas dan Desa Campurejo Kec. Kota Bojonegoro, hari ini tidak masuk sekolah.
Mereka berada di tiga lokasi pengungsian, sedikitnya ada 5.000 jiwa lebih warga di tiga desa korban musibah di sumur minyak Sukowati yang dikelola JOB (Joint Operating Body) Pertamina- Petrochina East Java itu, demikian ANTARA News melaporkan dari Bojonegoro, Sabtu.
"Anak saya mengunsi ke Orang Tua di Desa Balen Kec. Balen jelas tidak bisa sekolah," kata Soebandi, penduduk Desa Campurejo Kecamatan Kota Bojonegoro.
Hal serupa juga dialami Ny Achmad (45), penduduk Desa Campurejo, kedua anaknya yang masih duduk di bangku SDN dan SMAN 2 terpaksa tidak bisa berangkat ke sekolah hari ini.
"Kami kesini hanya membawa kendaraan dan baju yang melekat ini," ujarnya. Para warga mengaku begitu mendengar suara bergemuruh dan bau menyengat bersama dengan warga lainnya berhamburan menyelamatkan diri menjauh dari sumur minyak Sukowati.
Sementara itu, meski bunyi gemuruh dan api sudah berhasil dipadamkan, tetapi bau menyengat masih dirasakan warga terutama di bagian timur, hingga mencapai Desa Mulyoagung Kec Kota Bojonegoro yang jaraknya sekitar dua km dari lokasi sumur minyak Sukowati.
Menurut Ketua BPD (Badan Perwakilan Desa) Campurejo, Nurhasyim, selain warga di tiga desa tersebut sudah mengungsi, pagi ini warga di Desa Mulyoagung yang tidak tahan dengan bau yang menyengat tersebut, kemungkinan pagi ini juga akan mengungsi.
Nurhasyim, tidak tahu pasti jumlah anak-anak yang tidak ke sekolah. Tetapi diperkirakan jumlahnya mencapai 500 anak lebih. Mereka masih belum tahu hingga kapan berada di pengungsian, karena meskipun suara gemuruh dan api sudah padam, tetapi bau menyengat dan guyuran mirip embun masih terjadi di sekitar kawasan itu.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006