kesetaraan dalam pendidikan,
setelah menerima masukan dari ratusan milenial dan generasi Z di Jepara, Jawa Tengah.
Ganjar dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Rabu, menyatakan telah mendapatkan masukan terkait kesetaraan bagi penyandang disabilitas di dunia pendidikan.
“Maka kemudian penyandang disabilitas yang punya keinginan untuk sekolah kita mesti sediakan ruang sekolah yang lebih inklusi, sebenarnya itu,” ujar Ganjar.
Ganjar pun mengapresiasi anak muda Jepara yang aktif untuk memberikan masukan kepada dirinya terkait keresahan yang mereka hadapi.
"Maka kalau mereka diberi ruang untuk sekolah dan menuntut ilmu lebih tinggi, rasa-rasanya nasibnya akan jauh lebih baik,” pungkas Ganjar.
Dalam kesempatan tersebut, salah satu anak muda bernama Yoga Pramono alias Jo Carlos membacakan puisi Peringatan Wiji Thukul di depan Ganjar Pranowo. Pria berambut ikal ini membacakan puisi Wiji Thukul dengan nada tinggi dan sangat meresapi.
“Dan bila omongan penguasa, tidak boleh dibantah, kebenaran pasti terancam. Apabila usul ditolak tanpa ditimbang, suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan dituduh subversif dan mengganggu keamanan. Maka hanya ada satu kata: lawan!,” kata Jo Carlos sambil membacakan puisi Wiji Thukul.
Menutup isi puisi dari Wiji Thukul, Jo Carlos membakar semangat isi ruangan Taman Kopi Mayong untuk meneriakkan perlawanan jika melihat sebuah kondisi yang tidak benar.
“Satu, dua, tiga, lawan!” ujar Jo Carlos sambil mengajak para milenial dan gen Z yang hadir.
Jo Carlos mengapresiasi langkah Ganjar yang menyinggung persoalan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat masa lalu saat debat Capres pertama.
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2024