Jepang (ANTARA) - Gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,6 magnitudo yang mengguncang Jepang tepat pada tahun baru lalu diakibatkan oleh pergerakan sebuah patahan atau sesar yang membentang sekitar 150 kilometer di bawah Semenanjung Noto, kata para pakar Jepang.

Faktor lainnya, kata para pakar itu seperti dilaporkan kantor berita Kyodo pada Rabu, adalah aktivitas seismik yang kemungkinan akan terus berlanjut untuk sementara waktu.

Kyodo, dan juga sejumlah media massa Jepang, tak mengungkapkan nama patahan atau sesar yang memicu gempa pada Minggu itu.

Para pakar meyakini gempa berkekuatan 7,6 M itu disebabkan oleh sesar terbalik, ketika dinding atas sesar bergeser ke atas menjauhi footwall (bagian sesar yang berada di bawah bidang sesar).

Area aktivitas tektonik itu meluas di dalam dan sekitar Semenanjung Noto sehingga penduduk di sekitar daerah ini diharuskan tetap waspada menghadapi kemungkinan gempa susulan yang bisa berkekuatan 7 pada skala intensitas gempa Jepang, kata panel pakar tersebut.

Aktivitas seismik kuat sudah terdeteksi di bagian utara Semenanjung Noto yang terletak di Prefektur Ishikawa, sejak Desember 2020, ungkap para ahli.

Kawasan ini sudah pernah diguncang gempa berkekuatan 5,4 magnitudo pada Juni 2022 dan gempa berkekuatan 6,5 magnitudo pada Mei 2023.
Baca juga: 62 penduduk Ishikawa tewas akibat gempa Jepang

Gempa berkekuatan 7,6 magnitudo tepatnya mengguncang kota Shika di Prefektur Ishikawa pada Senin sore, dan Semenanjung Noto serta sekitarnya mengalami gempa susulan sampai berkekuatan 5 magnitudo.

"Sampai saat ini belum diketahui secara pasti bagian mana dari patahan itu yang bergerak," kata Naoshi Hirata dari Universitas Tokyo yang memimpin panel pakar tersebut.

Sementara itu, Japan Times melaporkan bahwa beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir di sepanjang pantai Laut Jepang terhindar dari kerusakan serius akibat gempa bumi dahsyat itu.

Namun gempa yang memicu peringatan tsunami dari Hokkaido hingga Kyushu dan keluarnya perintah evakuasi di sembilan prefektur di Jepang itu, dapat memicu kekhawatiran publik mengenai keselamatan tenaga nuklir di negara rawan gempa itu.

Padahal saat bersamaan Perdana Menteri Fumio Kishida berencana meningkatkan pemanfaatan PLTN sebagai bagian dari kebijakan "transformasi hijau" yang tengah diambil pemerintah Jepang.

Di Prefektur Ishikawa, pembangkit listrik tenaga nuklir Hokuriku Electric Power di Shika mengalami gangguan sebagian sistem kelistrikannya, namun tidak ada kejanggalan besar.

Reaktor No. 1 dan No. 2 di PLTN itu sudah tak beroperasi sebelum gempa pada Minggu itu terjadi, tulis Japan Times.

Baca juga: KBRI pastikan tidak ada WNI jadi korban jiwa gempa Ishikawa Jepang
Baca juga: 114 WNI berada di tempat perlindungan pascagempa Jepang


Sumber: Kyodo-OANA

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024