Brussels (ANTARA News) - NATO akan mengambilalih operasi militer di Afghanistan selatan yang bergolak dari pasukan pimpinan-AS, Senin, yang akan mendorong aliansi itu ke dalam apa yang mungkin akan menjadi misi tempur paling keras dalam 57 tahun sejarahnya. Satu pernyataan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) mengatakan, dewan aliansi 26 negara anggota itu telah memberi otorisasi terakhir Jumat bagi perluasan ke enam provinsi di bagian selatan negara tersebut "Ini pengiriman NATO terhadap komitmennya pada Afghanistan," kata jurubicara aliansi itu James Appathurai seperti dikutip Reuters. Serah terima itu akan menjadikan jumlah tentara di Afghanistan menjadi sekitar 18.000 dari 10.500 dan tiba pada waktu ketika negara itu akan melalui fasenya yang paling berdarah sejak tergulingnya Taliban. Lebih dari 1.700 orang tewas dalam kekerasan yang punya kaitan dengan gerilyawan tahun ini. Itu (kekerasan) telah meningkatkan keteguhan pada pengambilalihan oleh NATO karena hal hal (kekerasan) para pengamat lihat sebagai usaha gerilyawan untuk mengecilkan hati pengerahan tentara Eropa. Tentara AS dari Operasi Kemerdekaan Abadi (OEF) pasukan multinasional telah menanggung pukulan terberat dari pertempuran melawan gerilyawan Taliban dan sekutu Islam garis keras mereka di Afghanistan selatan sejak diusirnya gerilyawan itu dari kekuasaan akhir 2001. Lebih banyak dari tugas itu akan dijalankan oleh tentara Inggris, Kanada dan Belanda, yang akan termasuk komando NATO tapi masih dapat meminta dukungan udara dan lainnya dari pasukan yang dipimpin-AS. OEF akan terus mengejar pemimpin gerilyawan, yang mencakup pemimpin al Qaida Osama bin Laden dan pemimpin Taliban Mullah Mohammad Omar, sementara peran awal pasukan NATO akan berupa untuk menciptakan kondisi yang dibutuhkan bagi pembangunan kembali dan pembangunan. Pasukan Bantuan Keamanan Internasional yang NATO pimpin sebelumnya hanya beroperasi di ibukota, Kabul, serta bagian utara dan barat negara itu yang lebih aman. Pasukan NATO di selatan akan memiliki peran yang "kuat" kata Appathurai. "Mereka dapat mempertahankan diri mereka secara agresif dan jika perlu (menyerang) lebih dulu. Namun misi mereka tidak sederhana untuk keluar dan mengejar pemimpin teroris -- itu peran koalisi." Ekspansi NATO itu terjadi setelah AS mendesakkan keterlibatan Eropa yang lebih besar dalam pertempuran melawan gerilyawan, tapi Washington mengatakan pengurangan dalam jumlah tentara AS akan bergantung pada kondisi keamanan. Enam tentara Inggris tewas sejak Juni dan pada Kamis para pejabat mengatakan dua tentara Belanda termasuk di antara sedikitnya 12 orang yang tewas ketika sebuah helikopter jatuh di Afghanistan selatan, kematian pertama militer Belanda di negara itu.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006