Jakarta (ANTARA News) - Masyarakat diminta ikut mengawasi dengan melaporkan kecurangan yang dilakukan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) kepada Tim Terpadu (Timdu) BBM atau PT Pertamina (Persero).
Wakil Ketua Timdu BBM Tuti Anggrahini di Jakarta, Jumat mengatakan, setiap minggu pihaknya memang mengadakan inspeksi mendadak ke sejumlah SPBU, namun tidak bisa menjangkau seluruhnya karena keterbatasan aparat.
"Karenanya, kami minta masyarakat juga ikut mengawasi," katanya.
Menurut Tuti, setiap hari sebelum beroperasi, SPBU seharusnya
melakukan pemeriksaan keakuratan meteran dispenser BBM secara swadaya.
Namun, SPBU cenderung lalai atau bahkan sengaja lalai melakukan
pemeriksaan itu.
Sedangkan, peneraan Badan Meterologi Dinas Perindustrian hanya
dilakukan paling cepat selama tiga bulan sekali, sehingga tidak juga bisa diandalkan.
Tuti juga mengatakan sebenarnya laporan kecurangan-kecurangan SPBU ke Pertamina selalu ditembuskan ke kepolisian, namun laporan itu tidak ditindaklanjuti.
"Kami sendiri tidak memiliki kewenangan memberikan tindakan, semua sanksi dilakukan Pertamina," katanya seraya menjelaskan bahwa sanksi Pertamina mulai dari peringatan tertulis, penghentian pasokan BBM hingga pengambilalihan SPBU.
Sementara itu, Pertamina mengaku belum menerima secara resmi temuan yang dipublikasikan Timdu BBM, Kamis (27/7).
Namun, Kepala Hupmas Pertamina Toharso berjanji pihaknya akan terus melakukan perbaikan pelayanan SPBU.
Menurut dia, keakurasian "nozzle" (selang) sebagai alat penyaluran BBM di SPBU tergantung umur alat, sehingga perlu ditera ulang secara periodik setiap enam bulan sekali oleh Dinas Meterologi.
Timdu BBM yang dibentuk melalui Keputusan Menko Polhukam adalah tim gabungan antara Pertamina dengan beberapa instansi seperti TNI, Kepolisian, dan Dinas Meterologi guna mengawasi penyaluran BBM.
Tim memberikan laporannya secara berkala kepada Menko Polhukam dan apabila ditemukan penyalahgunaan BBM menyampaikannya ke Pertamina guna ditindaklanjuti.
SPBU Pertamina sendiri terdiri dari tiga jenis yakni COCO (Company Own Company Operate) yang 100 persen milik Pertamina, CODO (Company Own Dealer Operate) dengan status kepemilikan Pertamina, namun dikelola swasta, dan DODO (Dealer Own Dealer Operate) yang 100 persen milik swasta dan hanya mendapat pasokan BBM dari Pertamina.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006