Quetta, Pakistan (ANTARA News) - Ledakan bom Rabu menewaskan seorang wanita dan dua anak yang sedang berbelanja di sebuah pasar Pakistan untuk keperluan Hari Raya Idul Fitri, kata sejumlah pejabat.

Bom itu meledak di kota Mastung, 40 kilometer sebelah selatan Quetta, ibu kota provinsi Baluchistan, ketika massa yang sebagian besar wanita dan anak-anak sedang berbelanja untuk keperluan lebaran.

"Seorang wanita berusia 35 tahun, seorang anak dan seorang remaja perempuan berusia 12 tahun tewas dalam ledakan bom," kata kepala kepolisian daerah itu Abdul Hayee.

Pejabat pemerintah daerah Syed Mehrab Shah mengkonfirmasi jumlah korban tewas dan mengatakan, 11 orang lagi yang sebagian besar wanita dan anak-anak cedera.

Anak yang tewas adalah seorang laki-laki berusia delapan tahun, katanya kepada AFP.

Bom itu dipasang di luar pasar tersebut. Jika meledak di dalam pasar, jumlah korban pasti akan lebih tinggi.

Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Juga tidak jelas mengapa daerah perbelanjaan yang sering dikunjungi wanita itu menjadi sasaran serangan.

Sejumlah kelompok militan beroperasi aktif di Baluchistan, provinsi terbesar namun termiskin di Pakistan. Kekerasan sektarian antara Sunni dan Syiah terjadi di wilayah yang berbatasan dengan Iran dan Afghanistan itu.

Separatis Baluchistan mengobarkan kekerasan sejak 2004 untuk menuntut otonomi politik dan pembagian lebih besar dari kekayaan minyak, gas dan mineral di wilayah yang penduduknya dilanda kemiskinan itu.

Kelompok militan Lashkar-e-Jhangvi (LJ) yang terkait dengan Al Qaida juga mengobarkan serangan-serangan terhadap minoritas Syiah, dan beberapa aparat kepolisian di kota itu menyatakan mereka diancam oleh kelompok tersebut.

Pakistan dilanda serangan-serangan bom bunuh diri dan penembakan yang menewaskan lebih dari 5.200 orang sejak pasukan pemerintah menyerbu sebuah masjid yang menjadi tempat persembunyian militan di Islamabad pada Juli 2007.

Kekerasan sektarian meningkat sejak gerilyawan Sunni memperdalam hubungan dengan militan Al Qaida dan Taliban setelah Pakistan bergabung dalam operasi pimpinan AS untuk menumpas militansi setelah serangan-serangan 11 September 2001 di AS.

Pakistan juga mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al Qaida di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di daerah pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

Islamabad mendesak AS mengakhiri serangan-serangan pesawat tak berawak, sementara Washington menuntut Pakistan mengambil tindakan menentukan untuk menumpas jaringan teror.

Sentimen anti-AS tinggi di Pakistan, dan perang terhadap militansi yang dilakukan AS tidak populer di Pakistan karena persepsi bahwa banyak warga sipil tewas akibat serangan pesawat tak berawak yang ditujukan pada militan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan dan penduduk merasa bahwa itu merupakan pelanggaran atas kedaulatan Pakistan.

Pesawat-pesawat tak berawak AS melancarkan puluhan serangan di kawasan suku Pakistan sejak pasukan komando AS membunuh pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dalam operasi rahasia di kota Abbottabad, Pakistan, pada 2 Mei 2011.



Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013