Jadi, hargailah nilai pengorbanan Polri."
Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Kabinet (Seskab), Dipo Alam, sangat prihatin dan berduka cita atas kekerasan terhadap polisi sebagaimana menimpa Aipda Anumerta Dwiyatna, anggota Binmas Polsek Cilandak, Jakarta, yang gugur ditembak di kepala oleh orang tak dikenal, Rabu pukul 04.30 WIB.
"Jangan membenci polisi. Mereka bertugas atas perintah negara, hargailah nilai pengabdian polisi," katanya di Rumah Sakit Internasional Bintaro, Tangerang, Banten, Rabu, saat menjenguk Iptu Riswan yang mengalami kecelakaan saat kontak tembak dengan pihak OPM (Organisasi Papua Merdeka) di Timika, Papua, pada 7 Februari 2011.
Kekerasan terhadap polisi kerap terjadi, sebelum penembakan yang menimpa Dwiyatna, anggota Polsek Gambir Aipda Patah juga tewas akibat luka tembak di dada kiri pada saat meninggalkan rumahnya untuk bekerja, pada Sabtu (27/7) pada pukul 05.00 WIB.
Dipo Alam yang didampingi istrinya, Niniek Dipo Alam, menyampaikan penghargaannya kepada Kapolri Jendral Timur Padopo, yang telah menaikkan pangkat Riswan dari Inspektur Dua (Ipda) ke Inspektur Satu (Iptu), dan telah secara khusus dating ke Rumah Sakit Bintaro untuk menyerahkan surat keputusan kenaikan pangkatnya.
"Iptu Riswan dan kawan-kawan baku tembak dengan OPM di Papua pada 7 Februari 2011, kawannya 1 tewas beberapa luka-luka, Alhamdulillah ia masih bisa Lebaran," ujarnya.
Iptu Riswan anggota Brimob Gegana adalah mantan ajudan Dipo Alam, ia memiliki semangat pengabdian tinggi. Iptu Riswan ditugaskan oleh Kapolri saat itu, Da`i Bachtiar, untuk mendampingi Dipo Alam saat konflik Aceh, Poso dan Ambon.
Saat itu, Pemerintah RI di bawah kepemimpinanvMenko Polkam, Susilo Bambang Yudhoyono (kini Presiden RI), dalam upaya mencari solusi perdamaian,
Dipo, Deputi Menko Perekonomian ketika itu, kerap diajak bertugas ke daerah konflik oleh Yudhoyono, dan dirinya tidak terlepas dari ancaman baik di tempat konflik maupun dikediamannya.
Ia meminta masyarakat dan media hendaknya menilai positif peran kepolisian dalam menegakkan keamanan masyarakat. Mereka bertugas karena perintah negara.
Selain itu, ia mengingatkan, kekerasan di Papua atau Aceh, dan daerah lainnya, termasuk ancaman terorisme masih ada.
Oleh karena itu, ia meminta masyarakat dan media tidak menganggap polisi yang bertugas hanya sebagai petugas keamanan yang dibayar oleh perusahaan atau pemodal.
"Di Aceh di Lhoksumawe, sebagai contoh, pipa gas sepanjang dari daerah sumur gas ke pelabuhan yang berkilometer panjangnya, juga dijaga oleh TNI, bekerja sama dengan pihak Exxon dan Pertamina, agar pipa gas itu tidak disabotase karena rawan keamanan di daerah konflik," ujarnya.
Ia menimpali, "Demikian juga di banyak daerah Papua, polisi harus berhadapan langsung dengan OPM, tidak terhitung berapa korban di pihak kepolisian. Jadi, hargailah nilai pengorbanan Polri."
Terhadap kekerasan yang terjadi pada anggota kepolisian di Jakarta dan daerah lainnya, Dipo Alam berharap, Polri bisa segera menangkap pelaku dan mengungkap motif di balik penembakan yang mengakibatkan gugurnya anggota kepolisian itu.
Ia mengemukakan, Indonesia adalah negara hukum, tidak ada yang kebal di muka hukum.
"Siapapun yang melakukan tindakan melanggar hukum, apalagi menghilangkan nyawa harus ditindak, dan dihukum berat," katanya.
Ia menambahkan, berbagai kasus kekerasan yang menimpa anggota polisi akhir-akhir ini tidak menyurutkan semangat pengabdian dan pengorbanan anggota Polri untuk terus melayani dan melindungi rakyat dari ancaman tindak kriminalitas, dan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pewarta: Budi Setiawanto
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013