Medan (ANTARA News) - Melakukan perjalanan darat sepanjang sekitar 2.100 kilometer dengan mobil pribadi dari Bogorke Medan lewat Jalur Lintas Timur Sumatera pada musim mudik dan arus balik Lebaran 2013 tak ubahnya "uji nyali" bagi sejumlah pemudik.
Betapa tidak, perjalanan selama lebih kurang tiga hari tiga malam yang melelahkan tersebut harus dilalui dengan kondisi infrastruktur jalan yang variatif dan penuh tantangan. Belum lagi cerita dari mulut ke mulut maupun laporan media tentang kerawanan tindak kejahatan di daerah tertentu yang dilintasi. Kondisi ini sungguh menuntut kemahiran berkendaraan dan terutama lagi nyali besar bagi para pemudik.
Kondisi medan jalan yang bervariasi dari mulus, rusak ringan, dan rusak parah serta ketersediaan bahan bakar premium yang tak pasti ada di setiap SPBU yang dilalui itu pula yang menyertai perjalanan Antara ke ibu kota Provinsi Sumatera Utara itu lewat jalur mudik Lintas Timur Sumatera (Jalintim) pada 3 hingga 6 Agustus.
Sejak berangkat dari Bogor, Jawa Barat, ke Pelabuhan Merak, Banten, pada Jumat pukul 22.00 WIB, perjalanan sudah dihadang masalah. Antrean panjang bus, truk dan mobil pemudik yg pada waktu bersamaan hendak menyeberang menyebabkan waktu tempuh yang dalam kondisi normal hanya berkisar tiga hingga 3,5 jam, kali ini harus ditempuh Antara hingga delapan jam 30 menit terhitung sejak dari KM 96 menjelang pintu tol Merak hingga dapat masuk ke dek kendaraan KM Mufidah.
KM Mufidah adalah satu dari 28 kapal feri yang dioperasikan PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero) selama musim mudik dan arus balik Idul Fitri 1434 Hijriah.
Setibanya KM Mufidah di Pelabuhan Bakauheni, mobil minibus yang dikendarai Antara langsung bergerak ke jalan utama Lampung dan memacu kendaraan sampai batas aman maksimal untuk mengejar ketertinggalan yang diakibatkan antrean di Merak sebelumnya.
Penulis memilih jalur alternatif dengan mengambil arah ke kanan selepas SPBU pertama, sekitar 200 meter dari pelabuhan Bakauheni, menuju simpang tiga Menggala via Jalur Lintas Pantai Timur (Jalinpantim) Sumatera.
Di sepanjang perjalanan Bakauheni-Palembang via Jalinpantim Sumatera di Lampung Timur yang lalu lintasnya tidak seramai rute Bakauheni-Kalianda-Bandar Lampung-Terbanggi Besar-Menggala itu, kondisi ratusan kilometer jalan bervariasi.
Pemudik tidak hanya disuguhi jalanan beraspal hitam maupun berkonstruksi beton yang mulus tetapi juga jalanan berlubang kecil dan bergelombang hingga rusak parah ratusan meter dengan lubang-lubang besar dan berlekuk dalam yang merata di hampir semua badan dan bahu jalan.
Jika di jalan beraspal hitam maupun berkontruksi beton yang mulus itu, mobil bisa dipacu dengan kecepatan di atas 80 kilometer per jam, tidak demikian halnya saat dihadang jalan rusak.
Dalam kondisi demikian, kecepatan kendaraan diturunkan supaya saat mobil bergerak melintasi jalan berbatu-batu akibat aspalnya yang telah terkelupas dengan lubang-lubang besar dan dalam itu, pengendara bisa memilih jalan yang "aman" bagi kendaraannya.
Di jalur Jalinpantim yang ditandai dengan kondisi jalan yang relatif mulus pada sekitar 15 kilometer pertama dari arah Bakauheni itu dtemukan banyak jalan yang rusak ringan dan parah sehingga diperlukan kehatian-hatian dan kewaspadaan yang ekstra.
Sikap yang ekstra hati-hati itu antara lain diperlukan saat melintasi ruas jalan di KM 35 (dari Bakauheni-red.) karena ada pengaspalan yang belum selesai serta di KM 61, 73, 77, 79, 85, dan 164 karena kondisi jalan yang rusak parah.
Di ruas jalan KM 61 misalnya, para pemudik dihadang jalan berbatu-batu sepanjang 300 meter sedangkan di KM 164, jalan dengan kondisi kerusakan parah sepanjang 100 meter juga menghadang. Ruas jalan yang rusak parah itu berada di depan Pos Pengamanan Teluk Dalam.
Kehati-hatian dan kalkulasi yang tepat tidak hanya diperlukan dalam menyiasati kondisi jalan. Ketepatan dalam mengantisipasi ketersediaan BBM jenis premium di tanki mobil pun diperlukan karena tidak setiap SPBU yang berada di Jalinpantim yang menghubungkan Pasirruan, Ketapang, Umbulan Sumurkucing, Umbulan Labuhan Ratu, Labuhan Maringgau, Way Jepara, Sukadana, Purbolinggo Seputihbanyak, dan simpang tiga Menggala menuju Palembang itu memiliki stok BBM.
SPBU yang kehabisan stok BBM jenis premium pada Sabtu sore di lintas Lampung Timur itu antara lain ditemukan di daerah Pasir Sakti. Bahan bakar itu baru ada di SPBU Nomor 24.341.10 Labuhan Maringgai yang berjarak sekitar 72 kilometer dari Bakauheni.
Kesabaran untuk mengantre dan mengikuti saran petugas SPBU agar bersedia menunggu sekitar setengah jam sampai truk tanki Pertamina selesai mengisi stok baru di tanki SPBU menjadi kiat jitu untuk memastikan keamanan bahan bakar kendaraan pemudik di jalur ini.
"Pak, sabar menunggu sekitar setengah jam ya tapi mendingan menunggu sampai truk tanki Pertamina selesai mengisi stok premium kami karena SPBU berikutnya jauh," kata Bambang, petugas SPBU Labuhan Maringgai, memberi saran sambil menunjuk ke arah truk tanki.
Pemadangan yang kontras dengan SPBU yang memasang papan pengumuman "Maaf Premium Habis" adalah keberadaan usaha bensin (premium) warga setempat yang mengemas BBM itu ke dalam botol-botol dan menjajakannya di pinggir jalan Jalinpantim tersebut.
SPBU yang kehabisan stok premium serta antrean sepeda motor dan kendaraan roda empat juga dijumpai di sejumlah ruas jalan di sepanjang Jalur Lintas Timur (Jalintim) yang menghubungkan Provinsi Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Riau dan Sumatera Utara itu.
Melintasi Jalinpantim Sumatera itu, para pemudik berkendaraan mobil dan sepeda motor disuguhi pemandangan variatif mulai dari hamparan sawah yang hijau hingga kebun tebu milik sebuah perusahaan dengan kondisi jalan yang sangat mulus dan tidak ramai, khususnya sejak menjelang Kota Sukadana sampai simpang tiga Menggala.
Dalam kondisi jalan yang demikian, mobil dapat dipacu hingga 120 kilometer per jam. Setibanya di simpang tiga Menggala, mobil berbelok ke arah Palembang dengan Kondisi jalanan ramai dengan sepeda motor dan mobil pemudik, truk besar serta bus antarkota dalam provinsi dan antarprovinsi.
Kondisi jalan di ruas Menggala-Tulang Bawang-Teluk Gelam-Indralaya-Palembang hingga Palembang-Jambi lewat Sungai Lilin-Bayung Lincir dan Simpang Tempino cukup layak untuk dilalui namun kewaspadaan dan kehati-hatian pemudik diperlukan karena di sana sini dijumpai jalan yang sangat bergelombang.
Kementerian Pekerjaan Umum mengingatkan pengendara agar berhati-hati saat melintasi jalur tersebut melalui papan pengumuman yang dipasang di kiri bahu jalan.
Selama perjalanan yang berjam-jam itu, rasa kantuk dan lelah sudah pasti mendera para pemudik. Untungnya SPBU disepanjang lintas Sumatera ini umumnya buka hingga 24 jam, dan pengelola SPBU umumnya menyediakan toilet dan mushola sehingga banyak pemudik yang berkendaraan mobil dan sepeda motor berhenti di tempat-tempat tersebut.
Berbagai posko lebaran yg diselenggarakan pemerintah dan partai politik peserta Pemilu 2014 justru tak menjadi pilihan pemudik untuk beristirahat karena tempat-tempat tersebut biasanya tidak dilengkapi toilet atau pun mushola sehingga SPBU tetap menjadi tempat favorit pemudik untuk melepas penat atau sekadar ke toilet dan membasuh muka serta mendirikan shalat di musholla.
Bahkan di daerah-daerah tertentu yang dianggap rawan kriminalitas, banyak pemudik yang terpaksa harus melintasi daerah itu malam hari memutuskan "menginap" di SPBU menunggu hari agak terang untuk melanjutkan perjalanan.
Di antara SPBU-SPBU itu ada yang dipenuhi puluhan mobil pemudik asal Jakarta, Bogor, Bandung dan sejumlah kota di Sumatera Bagian Selatan seperti Lampung dan Sumsel. Diantaranya adalah SPBU Desa Muara Bernai, Kecamatan Lempung, Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Menurut Hendra dan Agus, areal SPBU tempat mereka bekerja sudah menjadi pilihan banyak pemudik dalam beberapa tahun terakhir, termasuk mereka yang kemalaman di jalan. Mereka mendapati fasilitas toilet yang bersih dengan ketersediaan air yang cukup, musholla yang juga bersih serta mini market yang buka 24 jam di SPBU yang berjarak sekitar tiga jam berkendaraan dari Palembang itu.
Memasuki ruas jalur antara Palembang dan Jambi, perjalanan mulai ditandai dengan jalan yang berkelok-kelok dan naik turun. Disini Antara menjumpai sejumlah truk yang terperosok dan terbalik serta menyaksikan satu tabrakan beruntun yang melibatkan dua mobil minibus pemudik dan satu mobil bak.
Dalam tabrakan beruntun yang terjadi pada Minggu pagi (5/8) itu, tidak ada korban jiwa namun bagian belakang mobil berplat Nopol BG 1511 YD dan BM 1762 DO rusak sedangkan mobil bak yang supirnya tak sempat mengerem mengalami kerusakan ringan di bagian depannya.
Setelah menempuh perjalanan sejauh 277 kilometer dari Palembang, Provinsi Jambi pun dicapai pada Minggu siang. Perjalanan lalu dilanjutkan ke ruas Jambi-Pekanbaru sejauh 413 kilometer melintasi Sangeti, Belilas, Japura, Ukul, Sorek dan Pangkalan Kerinci itu. Di sepanjang jalan menuju Riau yang masih masuk Provinsi Jambi, kondisi jalan relatif bagus namun berkelok dan bertikungan tajam.
Sport jantung
Namun kondisi jalan yang rusak parah di berbagai titik sepanjang perjalanan ratusan kilometer langsung menyergap para pemudik tak lama setelah memasuki daerah Provinsi Riau.
Jika selama melintasi Provinsi Jambi, mobil dapat dipacu dengan kecepatan di atas 80 kilometer per jam tanpa ras was-was akan terperangkap jalanan rusak yang mengancam keselamatan jiwa dan mobil, di Riau, hal demikian tak bisa dilakukan. Di ruas ini para pemudik harus "sport jantung" karena kondisi jalan yang "unpredictable" (tak terduga).
Di awal pemudik disuguhi jalan beton mulus namun tiba-tiba jalan tersebut "lenyap" berganti dengan "off road". Kondisi tersebut berlangsung di hampir sepanjang provinsi penghasil minyak tersebut sehingga kecepatan mobil pemudik yang banyak di antaranya membawa muatan barang di atapnya itu harus mendadak diturunkan dan sopir harus pintar bermanuver menghadapi kondisi jalan yang berubah ekstrem setelahnya.
Situasi berkendaraan yang bak "menguji nyali" pemudik itu pun dimulai. Bersama truk-truk dan bus-bus besar, para pemudik berkali-kali bertemu jalanan yang tengah diperbaiki dimana separuhnya sudah dibeton sedangkan setengahnya lagi dibiarkan bertanah berdebu atau beraspal terkelupas dan berlubang besar.
Berulang kali pula kendaraan-kendaraan yang melintas terpaksa mengantre saat melewati jalan berkonstruksi beton yang sedang dibangun di banyak titik sepanjang ratusan kilometer ruas jalan utama Provinsi Riau sejak memasuki kawasan Indragiri hingga Pekanbaru dan Minas itu.
Pengerjaan pembetonan setebal sekitar 40 centimeter yang baru selesai setengahnya itu menyisakan besi-besi beton tajam di sisi kiri dan kanan jalan sehingga pemudik yang mengarah ke Pekanbaru maupun ke Jambi perlu ekstra hati-hati saat melintasi jalan tersebut supaya ban mobil tidak terperosok atau menabrak besi beton.
Untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan, Kementerian Pekerjaan Umum memasang sejumlah papan pengumuman bertuliskan "Kurangi kecepatan sepanjang 10 kilometer ada pembangunan jalan. PU APBN 2013" di tepi jalan Provinsi Riau itu, termasuk di ruas jalan Palalawan-Pekanbaru.
Imbauan agar berhati-hati itu juga datang dari Karno, sopir Bus PO Pacitan Jaya Putra yang melayani trayek Sumatera-Jawa-Bali. "Hati-hati saat melintasi jalan yang sedang dibeton," kata sopir yang sudah belasan tahun melintasi ruas Jalintim itu saat ditemui di salah satu SPBU menjelang Palalawan Senin dini hari (5/3).
Tentang penyebab kerusakan sejumlah ruas jalan di Riau tersebut, Seno, konsultan konstruksi jalan yang pernah terlibat dalam pengerjaan ruas jalan di Riau, mengatakan kondisi tanah, berat angkutan truk yang melebihi ketentuan, serta pengawasan pemerintah berkontribusi pada masalah yang ada.
Menurut ketentuan, berat maksimal barang yang diangkut truk tiga sumbu adalah 24 ton namun truk-truk yang melintasi jalan di provinsi kaya minyak dan penghasil sawit itu umumnya mengangkut beban yang beratnya dua kali lipat dari ketentuan. Untuk itu, diperlukan pengawasan pemerintah terhadap truk-truk yang melintas, katanya.
Kondisi tanah di Riau yang secara umum merupakan tanah rawa dengan kadar air dan asam yang tinggi juga memberi kontribusi pada persoalan mutu jalan di provinsi tersebut karena kandungan air dan asam yang tinggi itu menyebabkan stabilitas tanah "rendah", katanya.
"Jadi kalau pun di atas (aspal) bagus namun tanah dasarnya seperti ini ya sulit untuk mendapatkan jalan yang bagus," kata Seno kepada Antara.
Di tengah kondisi seperti itu, upaya pemeliharaan dan pembangunan jalan-jalan di Riau terus dilakukan. Sebagai hasilnya, kondisi jalan yang menghubungkan daerah Duri-Bangko-Bagan Batu di Riau dengan perbatasan Sumut sepanjang 159 kilometer relatif bagus.
Selepas Riau, ruas jalan yang menghubungkan kota-kota Sumatera Utara di Jalintim Sumatera mulai wilayah Kota Pinang-Aek Nabara-Rantau Prapat-Aek Kanopan-Simpang Kawat-Kisaran-Tebing Tinggi-Lubuk Pakam sampai Medan juga mulus namun lalu lintas kendaraan roda dua dan empat padat.
Hanya saja, ruas jalan sepanjang ratusan kilometer itu minim fasilitas penerangan dan tidak sepenuhnya dilengkapi marka jalan -- kondisi yang juga jamak dijumpai di berbagai ruas jalan Jalintim Sumatera sejak dari Lampung Timur sampai perbatasan Riau-Sumut -- sehingga para pemudik perlu berhati-hati agar tiba dengan selamat di kampung halaman untuk merayakan lebaran bersama sanak saudara dan keluarga.
Oleh Rahmad Nasution
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013
ayo kompoi...