Sekitar pukul 20.00 WIB, sedang terjadi penerimaan pasokan Pertamax dari Terminal Transit Utama Pertamina Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, untuk disimpan di terminal bahan bakar minyak atau depo Plumpang milik Pertamina di Jakarta Utara.
Namun, terjadi gangguan teknis pada salah satu pipa penerimaan bahan bakar yang menyebabkan tekanan berlebih dan menimbulkan ledakan.
Pukul 20.20 WIB, api dan asap besar pun membumbung tinggi terlihat dari kedua arah jalan tol dalam kota hingga membuat langit di sekitarnya menjadi gelap karena tertutup asap hitam.
Penduduk yang berlokasi di Jalan Tanah Merah Bawah RT012/RW09, Koja, Jakarta Utara mengaku mencium aroma bahan bakar menyengat dan mendengar hingga tiga kali suara ledakan di lingkungan sekitar depo Plumpang.
Nahas, letak tempat tinggal warga hampir tidak berjarak dengan bagian belakang dinding pembatas dari lingkungan depo Plumpang.
Kondisi itu membuat sebagian warga kesulitan menyelamatkan diri di waktu ledakan, dan tak sedikit menjadi korban amukan 'si jago merah'. Api baru bisa dijinakkan tiga jam kemudian, sekitar pukul 23.00 WIB.
Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta menerjunkan 52 unit mobil pemadam dan sekitar 250 personel untuk membantu pemadaman di lokasi.
Menurut Pertamina, terdapat dua RW yang terdampak dari insiden kebakaran tersebut, yakni RW 01 sebanyak 166 kepala keluarga (KK) dan RW 09 sebanyak 65 KK.
Sedangkan Kepolisian Resor Metro Jakarta Utara melaporkan jumlah warga yang terkena dampak kebakaran depo Plumpang di RW01 sebanyak 192 KK, kemudian RW09 60 KK.
Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Jakarta Utara melaporkan ada 442 KK penyintas kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Koja yang mendapat pelayanan administrasi kependudukan pascakebakaran.
Adapun total korban jiwa dari kebakaran di depo Pertamina Plumpang, Koja, Jakarta Utara dipastikan berjumlah 33 orang.
Baca juga: BPBD DKI sebut korban jiwa kebakaran di Plumpang sebanyak 33 orang
Baca juga: Pertamina temukan penyebab baru kebakaran kilang minyak
Evaluasi
Lokasi terminal BBM milik Pertamina yang terlalu dekat dengan kawasan permukiman di Jalan Tanah Merah Bawah dinilai mengancam keselamatan penduduk di sana.
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mendorong dua opsi terkait solusi masalah ini, yaitu memindahkan Depo Pertamina ke tempat lain, seperti wilayah reklamasi serta melakukan relokasi permukiman warga di sekitar Depo Pertamina.
Sedangkan DPR RI lewat Komisi VI mendorong opsi pemindahan Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Plumpang di Koja, Jakarta Utara, ke tanah milik PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) di Kalibaru, Jakarta Utara sebagai langkah terbaik.
Atau jika tidak, pemerintah diminta melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi infrastruktur milik Pertamina di depo Plumpang agar dapat diperbaiki dan dirawat supaya insiden serupa tidak terulang lagi.
Tragedi ledakan di depo Plumpang sudah pernah terjadi sebelum 2023. Tepatnya pada 2009 silam, tanki bernomor 24 di Depo Pertamina Plumpang terbakar pada Minggu, 18 Januari dan menimbulkan satu korban jiwa dari pihak pegawai Pertamina.
Pertamina sepakat untuk membangun terminal energi ramah lingkungan Jakarta Integrated Green Terminal di lahan Pelindo Kalibaru, Jakarta Utara.
Terminal itu memiliki area seluas 64 hektare dan diproyeksikan memiliki kapasitas penampungan hingga 6 juta barel.
PT Pertamina International Shipping (PIS), selaku Subholding Integrated Marine Logistics, yang selama ini fokus mengelola terminal energi strategis, ditunjuk untuk mengerjakan dan mengembangkan Jakarta Integrated Green Terminal tersebut.
PIS berkoordinasi dengan Pelindo akan mulai menyusun studi kelayakan untuk pembangunan Jakarta Integrated Green Terminal. Pembangunan terminal direncanakan berdasarkan perhitungan kebutuhan energi nasional yang akan terus meningkat dan semakin bervariasi selama beberapa tahun mendatang.
Terkait aspek pemulihan penyintas tragedi ledakan depo Plumpang, DPRD Provinsi DKI Jakarta mendorong kompensasi untuk menjamin kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi.
Pertamina mendaku telah memberikan sejumlah bantuan kepada warga terdampak seperti bantuan biaya pemakaman, biaya keluarga mengantarkan jenazah, santunan kerahiman, bantuan perlengkapan sekolah dan uang saku, bantuan kontrakan rumah, santunan korban luka, perawatan RS rawat jalan dan tindakan medis lanjutan untuk perbaikan fungsional, bantuan alat usaha dan beasiswa pendidikan anak dalam usia sekolah bagi korban meninggal.
Selain itu, Pertamina juga membuka posko informasi terpadu di Koramil Koja untuk mempermudah warga terdampak dalam melengkapi dokumen untuk proses penggantian baik kendaraan, harta benda maupun bangunan.
Di posko tersebut, Pertamina juga bekerja sama dengan berbagai pihak seperti pengurus rukun warga (RW) setempat, Sucofindo untuk verifikasi data, kantor jasa penilai publik (KJPP) dan Pegadaian untuk penaksiran nilai kendaraan dan harta benda lainnya serta Polda Metro Jaya terkait dokumen kendaraan warga yang apabila terbakar dapat langsung dapat melakukan proses pengurusan surat keterangan kepemilikan kendaraan bermotor di tempat.
Ketua RW09 Rawa Badak Selatan Abdus Syakur mengakui Pertamina sudah memberikan beberapa bantuan kepada warga.
"Ada 65 KK dan 40 bangunan yang jadi korban. Sejauh ini memang pihak Pertamina sudah memberikan bantuan," kata Abdus.
Bantuan yang diberikan berupa uang sebesar Rp 5.600.000 untuk biaya kontrakan korban kebakaran selama tiga bulan, sekaligus yang saku.
Berapa warga yang keluarganya meninggal dunia juga telah mendapatkan uang santunan sebesar Rp50.000.000.
Wali Kota Jakarta Utara, Ali Maulana Hakim juga menyatakan pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Pertamina terkait pemenuhan kebutuhan penyintas ledakan depo Plumpang, terutama tempat tinggal.
"Bebas, mereka pilih (kontrakan) mau dimana nanti dibayarin. Itu mereka (korban kebakaran) yang mencari, nanti lapor ke Pertamina dan mereka yang akan membayar," kata Ali.
Editor: Sri Haryati
Copyright © ANTARA 2023