Seluruh sistem tersebut telah mengintegrasikan pasar dari hulu hingga ke hilirJakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat angka pertumbuhan investasi sektor kehutanan yang mencapai 331,1 juta dolar AS sepanjang tahun 2023.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari KLHK Agus Justianto mengatakan investasi sektor kehutanan itu tumbuh hingga 309,4 persen dari target investasi sektor hulu yang hanya 107 juta dolar AS.
"Capaian itu adalah implikasi dari implementasi tata kelola kehutanan yang baik," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Minggu.
Agus memaparkan nilai investasi sebesar 128,66 juta dolar AS merupakan investasi di hulu yaitu Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH). Sedangkan, investasi hilir berupa Perizinan Berusaha Pengolahan Hasil Hutan (PBPHH) yang mencapai 202,47 juta dolar AS.
Baca juga: Indonesia punya kawasan bukan hutan yang luas untuk hasilkan biomassa
"Seluruh sistem tersebut telah mengintegrasikan pasar dari hulu hingga ke hilir," kata Agus.
Selain itu mendukung pencapaian target Net Sink karbon tahun 2030 pada sektor kehutanan dan penggunaan lahan atau forestry and other land use (FOLU).
Baca juga: Satgas Investasi cabut 2.078 IUP tidak produktif
Direktur Iuran dan Peredaran Hasil Hutan KLHK Ade Mukadi menambahkan sepanjang tahun 2023 sektor pengelolaan hutan lestari menyumbang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp2,796 triliun.
“Setoran PNBP itu memang di bawah target tahun ini, tetapi cukup tinggi untuk mengejar target lima tahunan Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari 2020-2024,” kata Ade.
Ade menjelaskan untuk meningkatkan PNBP pada masa yang akan datang perlu promosi kepada pasar tentang penggunaan kayu komersial dari hutan alam yang dikelola secara lestari sebagai premium goods.
Saat ini pasar masih terlalu fokus pada kayu-kayu dari hutan alam yang dikelola secara lestari untuk jenis-jenis tertentu, seperti meranti, keruing, dan merbau. Padahal di hutan alam Indonesia juga tumbuh jenis-jenis kurang dikenal, yang belum masuk dalam kelompok jenis kayu komersial satu, melainkan masuk dalam kelompok rimba campuran.
Jenis-jenis kayu kurang dikenal tersebut memiliki kualitas tidak kalah dengan jenis kayu yang sudah lebih dulu dikenal dalam perdagangan.
Baca juga: Indonesia jadi negara investasi kehutanan terbesar bagi Korsel
Baca juga: Asosiasi hutan optimistis investasi kehutanan meningkat
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023