"Menurut (perkiraan,red) prediksi hisab NU awal Syawal 1434 H akan jatuh pada Kamis, 8 Agustus 2013," kata Ketua Lajnah Falakiyah PBNU KH A Ghazalie Masroeri di Jakarta, Senin.
Ghazalie Masroeri menjelaskan bahwa pada Rabu (7/8) sore, ketinggian hilal diperkirakan mencapai tiga derajat, sementara kriteria imkanur rukyat atau kriteria penentuan awal bulan Hijriyah yang ditetapkan berdasarkan Musyawarah Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), dan dipakai secara resmi untuk penentuan awal bulan Hijriyah adalah dua derajat.
Namun, lanjut Kiai Ghazalie, NU dalam menentukan Idul Fitri, juga awal puasa, selalu menggunakan metode rukyat. Metode hisab hanya menjadi pendukung.
Untuk menentukan secara pasti Idul Fitri 1434 H, NU akan melaksanakan pengamatan hilal di 90 titik strategis di seluruh Indonesia dengan melibatkan 110 pelaksana rukyat bersertifikat nasional bersama alim ulama, ahli hisab, ahli astronomi, ahli fikih, dan warga nahdliyin setempat.
Apabila ada laporan bahwa pelaksana rukyat telah berhasil melihat hilal, maka hari raya Idul Fitri jatuh pada Kamis (8/8).
"Tetapi, apabila dalam pelaksanaan rukyat tidak ada yang berhasil melihat hilal, karena cuaca mendung, hujan, atau yang lain, maka hari raya Idul Fitri jatuh pada Jumat, 9 Agustus, dan puasa digenapkan 30 hari," kata Kiai Ghazalie.
Ketika ditanya bagaimana sikap NU jika pemerintah menetapkan Idul Fitri tahun ini jatuh pada Kamis (8/8) sementara tim rukyat NU tidak berhasil melihat hilal, Kiai Ghazalie mengatakan tidak jadi persoalan sepanjang keputusan pemerintah tersebut diambil berdasarkan hasil rukyat.
"Tetapi apabila ditetapkan begitu saja dengan dasar hisab, maka akan jadi masalah," katanya.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013