Yerusalem (ANTARA) - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membatalkan sidang kabinet perang untuk membahas rencana soal langkah yang akan diambil Israel "sehari setelah perang" di Jalur Gaza.
Pertemuan kabinet itu sendiri sebelumnya dijadwalkan akan berlangsung pada Kamis (28/12) malam, namun akhirnya batal setelah ada tekanan dari mitra-mitra dalam pemerintah koalisi.
Stasiun penyiaran resmi Otoritas Penyiaran Israel serta saluran televisi Israel berbahasa Ibrani, Channel 12, melaporkan bahwa Netanyahu pada menit-menit terakhir memutuskan untuk tidak membahas langkah pada hari setelah perang di Gaza berakhir.
Pembahasan yang dimaksud itu mengacu pada rencana yang kemungkinan akan dibuat oleh pemerintah Israel menyangkut Jalur Gaza pascaperang. Perang di wilayah itu kini telah berlangsung lebih dari 2,5 bulan.
Laporan itu menyebutkan bahwa mitra-mitra dari pemerintah koalisi memberikan "tekanan signifikan" terhadap Netanyahu untuk membatalkan pembahasan tersebut.
Sebelumnya pada Kamis, media Israel melaporkan bahwa kabinet perang bermaksud membahas hari setelah perang di Gaza meskipun ada tentangan dari dua menteri kubu sayap kanan.
Partai Zionis Religius sayap kanan yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan partai ultranasionalis Kekuatan Yahudi yang dipimpin oleh Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir mengumumkan menolak pembahasan masalah itu.
Penolakan itu didasarkan atas alasan bahwa "dewan kurang memiliki wewenang“, menurut surat kabar Yedioth Ahronoth.
Kedua menteri, yang tidak termasuk anggota kabinet perang, beberapa kali mengancam akan mundur dari pemerintahan dan membubarkannya jika perang di Gaza dihentikan sebelum kelompok Palestina Hamas dilenyapkan dan sandera-sandera Israel yang ditahan di Gaza dibebaskan.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Netanyahu berencana tawari warga Gaza 'pindah sukarela' ke negara lain
Baca juga: Netanyahu bersumpah akan terus gempur Gaza sampai Hamas musnah
Netanyahu tolak gencatan senjata, rentetan ledakan terjadi di Gaza
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2023