Setelah melakukan riset dan pengembangan, ia berhasil menciptakan produk fesyen yang inovatif, yakni Ekotik, singkatan dari ecoprint dan batik. Usaha mereka pun bernama Cemerlang Batik ecoprint.

Jakarta (ANTARA) - Pelaku usaha, Rahadiyanto Tri Wibowo, menemukan potensi luar biasa dalam tanaman dan daun yang sering dianggap sebagai sampah di lingkungan sekitar agar dapat dijadikan produk bernilai seperti motif produk fesyen.

Rahadiyanto yang menjadi salah satu pembicara dalam Sekolah Ekspor secara daring di Jakarta, Kamis mengatakan, pihaknya memanfaatkan peluang tersebut berawal dari keresahan di mana ada sejumlah dedaunan di sekeliling rumah ataupun sawah yang pada akhirnya hanya akan menjadi sampah.

“Namun, sebetulnya bisa dimanfaatkan menjadi produk yang memiliki value yang tinggi, salah satunya produk ecoprint dan batik,” kata Rahadiyanto yang juga alumnus Sekolah Ekspor Batch 4.

Setelah melakukan riset dan pengembangan, ia berhasil menciptakan produk fesyen yang inovatif, yakni Ekotik, singkatan dari ecoprint dan batik. Usaha mereka pun bernama Cemerlang Batik ecoprint.

Menurutnya, produk Ekotik bukan hanya sekadar menggunakan teknik ecoprint yang menempelkan daun untuk menciptakan motif, tetapi juga menggabungkannya dengan teknik batik tulis. Dengan menggabungkan dua unsur teknik ini, Rahadiyanto menciptakan produk yang unik dan bernilai tinggi.

Rahadiyanto berpesan bahwa tanaman dan daun yang sering dianggap tidak berguna dapat diolah menjadi produk fesyen yang memiliki nilai tinggi.

Ia menjelaskan bahwa produk Ekotik yang dihasilkannya menggabungkan keunikan ecoprint dengan keahlian batik tulis untuk menciptakan karya yang berawal dari keresahan terhadap potensi yang terabaikan.

“Kalau bahan dasarnya itu sangat bisa dijangkau, kami menggunakan kain mori dan juga kain katun. Selanjutnya kami melakukan proses mordanisasi atau mordanting itu organ-organ bahan-bahan kimia yang mungkin dari pabrik atau semacamnya itu bisa hilang,” kata dia.

Salah satu produk unggulan Rahadiyanto adalah Ekotik Batik Kembang Ambring yang mengambil inspirasi dari kekayaan budaya batik di Kota Tegal. Dalam prosesnya, Rahadiyanto menggunakan daun dari tanaman seperti Jati, Kedondong, dan Waru untuk teknik ecoprint, sementara teknik batik tulis memberikan sentuhan eksklusif.

Produk Ekotik ini bukan hanya mengandalkan keindahannya, tetapi juga memiliki cerita di baliknya. Rahadiyanto ingin produknya tidak hanya dilihat sebagai barang, melainkan juga sebagai upaya menjaga keberlanjutan lingkungan dan melibatkan masyarakat lokal dalam pengembangannya.

“Ini sangat relevan juga dengan buyer-buyer yang ada di luar negeri di mana mereka sangat menjunjung nilai Sustainability. Jadi, ada story behind di situ ada hal yang bisa kita ceritakan di situ bukan hanya sekedar produk saja tetapi ternyata kita memanfaatkan tanaman yang tidak berguna yang kemudian menjadi memiliki nilai value,” ucap dia.

Dengan semangat keberlanjutan, Rahadiyanto berharap bahwa konsumen Ekotik tidak hanya mendapatkan produk berkualitas tinggi, tetapi juga menjadi narator positif yang mengapresiasi nilai-nilai keberlanjutan.

Produk ini juga melibatkan banyak masyarakat setempat dalam proses pembuatannya dan menjadikannya inisiatif yang merangkul dan memberdayakan komunitas lokal.

Dia menuturkan, usaha tersebut telah dimulai sejak tahun 2019, produk Ekotik Rahadiyanto telah mendapat sambutan positif di daerah Jawa Tengah, wilayah Jabodetabek, dan juga masyarakat lyas melalui media sosial seperti Instagram dan grup WhatsApp . Namun, dia berusaha agar produknya bisa menjangkau pasar internasional.

Ia berharap dengan konsep yang unik dan berkelanjutan, produknya bisa menjadi pionir dalam produk fesyen yang tidak hanya memikat hati konsumen, tetapi juga menciptakan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.

“Jadi, kami juga merangkul masyarakat di sini alhamdulillah sudah banyak orang orang yang terlibat dalam pembuatan produk ecoprint dan batik ini. Dalam proses yang dilakukan membutuhkan waktu dua sampai tiga hari dalam menyelesaikan produk. Dalam waktu itu, kami bisa menghasilkan lima sampai 10 produk, memang cukup lama karena ini produk eksklusif,” kata Rahadiyanto.

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Indra Arief Pribadi
Copyright © ANTARA 2023