"Lima tersangka sudah mendapatkan putusan pengadilan, dan tiga lainnya masih dalam tahap penyidikan,"
Manokwari (ANTARA) - Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Papua Barat mencatat jumlah penanganan perkara tindak pidana penyalahgunaan narkotika selama tahun 2023 sebanyak empat kasus dengan delapan tersangka.
"Lima tersangka sudah mendapatkan putusan pengadilan, dan tiga lainnya masih dalam tahap penyidikan," kata Kepala BNN Papua Barat Brigadir Jenderal Polisi Anak Agung Made Sudana di Manokwari, Kamis.
Ia menjelaskan jumlah barang bukti dari delapan perkara narkotika hasil pengungkapan kasus terdiri dari 10,3 kilogram sabu milik tiga tersangka, dan 9,4 kilogram ganja dengan tersangka ada lima orang.
Hal tersebut mencerminkan bahwa peredaran gelap narkotika di wilayah kerja BNN Papua Barat didominasi sabu-sabu dan ganja yang dikirim dari luar daerah seperti Papua Nugini, Sulawesi dan Jawa.
"Delapan tersangka kasus penyalahgunaan narkotika itu semuanya laki-laki," tutur Made Sudana.
Ia menegaskan bahwa BNN secara rutin melaksanakan razia ke tempat hiburan malam dan lembaga pemasyarakatan (lapas) di Papua Barat maupun Papua Barat Daya sebagai upaya memutus mata rantai peredaran narkoba.
BNN juga sudah menandatangani kerja sama dengan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Papua Barat serta Politeknik Kesehatan Sorong terkait program pencegahan dan pemberantasan peredaran gelap narkotika perkusor narkotika (P4GN).
"Kalau razia ke lapas, BNN selalu libatkan instansi terkait seperti kepolisian," ucap Made Sudana.
Selain itu, kata dia, BNN Papua Barat membentuk penggiat program P4GN sebanyak 90 orang yang terdiri dari 60 orang dari lingkungan kerja dan 30 orang dari lingkungan pendidikan.
Jumlah peserta yang mengikuti tes urine sebagai upaya deteksi dini sejak Januari-Desember 2023 sebanyak 1.068 orang yang berasal dari instansi pemerintah dan BUMN (361 orang) serta lembaga pendidikan (707 orang).
"Berbagai upaya pencegahan terus kami lakukan supaya memperkecil ruang gerak peredaran gelap narkotika," ucap Made Sudana.
Menurut dia program ketahanan keluarga melalui peningkatan komunikasi dan pola asuh merupakan hal terpenting dalam mengurangi risiko remaja terkontaminasi dengan peredaran gelap narkoba.
BNN mengajak pemangku kepentingan untuk berpartisipasi mengembangkan program ketahanan keluarga yang memberikan dampak positif terhadap masa depan generasi muda sebagai generasi penerus bangsa.
"Program ketahanan keluarga menjadi program prioritas untuk menyelamatkan keluarga dari bahaya penyalahgunaan narkoba," tutur dia.
Selama tahun 2023, kata dia, BNN sudah mencanangkan tiga desa bersih narkoba (bersinar) di Papua Barat maupun Papua Barat Daya yaitu Kelurahan Sanggeng (Kabupaten Manokwari, Papua Barat), Kelurahan Malaingkedi (Kota Sorong, Papua Barat Daya), dan Kelurahan Malanu (Kota Sorong).
Pelaksanaan program ketahanan keluarga berbasis sumber daya melibatkan sejumlah instansi pemerintah daerah, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan sekolah menengah atas.
"Pembentukan desa bersinar itu tujuan memperkuat ketahanan keluarga supaya tidak mudah terlibat narkoba," kata Made Sudana.
Pewarta: Fransiskus Salu Weking
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2023