Sebuah tas yang berisi bom dilempar dari mobil di daerah perempatan pusat Sidi Hussein, menghantam sebuah bangunan pasukan kepolisian yang ditugasi menjaga instalasi listrik, kata juru bicara keamanan Benghazi, Mohammed al-Hijazy, lapor Reuters.
Hijazy mengatakan, serangan itu bukan yang pertama kali dilakukan pada bangunan itu, yang rusak parah akibat ledakan tersebut.
Pemboman itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang terjadi di Benghazi sejak runtuhnya pemerintah Muamar Gaddafi dua tahun lalu.
Tiga ledakan keras mengguncang kota itu pada 28 Juli dan tampaknya merupakan serangan yang ditujukan pada lembaga-lembaga peradilan.
Pada 26 Juli, orang-orang bersenjata membunuh seorang pengacara yang juga aktivis politik terkenal Libya di kota itu.
Pengacara Abdelsalam al-Mosmary dibunuh setelah ia meninggalkan sebuah masjid menuju rumahnya.
Mosmary, yang biasa muncul di televisi, menyuarakan ketidakpuasannya atas keberadaan milisi bersenjata di jalan-jalan di Libya serta penentangannya terhadap Ikhwanul Muslimin.
Pemerintah baru Libya hingga kini masih berusaha mengatasi banyaknya individu bersenjata dan milisi yang memperoleh kekuatan selama konflik bersenjata yang menggulingkan Muamar Gaddafi.
Gaddafi (68), pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa dan bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak, diumumkan tewas oleh kelompok pemberontak Dewan Transisi Nasional (NTC) pada 20 Oktober 2011.
NTC, yang memelopori pemberontakan untuk menggulingkan pemerintah Gaddafi, mendeklarasikan "pembebasan" Libya tiga hari setelah penangkapan dan pembunuhan orang kuat itu pada 20 Oktober.
Selama konflik, dewan itu mengatur permasalahan kawasan timur Libya yang dikuasai pemberontak dan melobi keras untuk pengakuan diplomatik dan perolehan dana untuk mempertahankan perjuangan berbulan-bulan dengan tujuan mendongkel kekuasaan Gaddafi.
Benghazi, tempat lahirnya pemberontakan anti-pemerintah yang menggulingkan rejim Muamar Gaddafi, dilanda pemboman dan serangan-serangan terhadap aparat keamanan dan juga konvoi serta organisasi internasional dan beberapa misi Barat.
Pihak berwenang menyalahkan kelompok garis keras atas kekerasan itu, termasuk serangan mematikan pada September terhadap Konsulat AS di Benghazi yang menewaskan Duta Besar Chris Stevens dan tiga warga lain Amerika.
Penerjemah: Memet Suratmadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013