Baghdad (ANTARA News) - Serangan-serangan menewaskan delapan aparat keamanan Irak, Kamis, sementara empat pembom bunuh diri ditembak mati ketika berusaha menyerang polisi, kata sejumlah pejabat.

Dalam serangan paling mematikan, orang-orang bersenjata membunuh empat prajurit dan melukai tiga lain ketika mereka dalam perjalanan untuk bergabung dengan satuan mereka di Tikrit, sebelah utara Baghdad.

Orang-orang bersenjata juga membunuh seorang petugas penjara di provinsi Nineveh, Irak utara, dan pemboman menewaskan seorang polisi.

Empat penyerang bom bunuh diri berusaha menyusup ke markas kepolisian federal di Mosul, ibu kota Nineveh, namun dibunuh oleh pasukan keamanan.

Dalam insiden lain, orang-orang bersenjata membunuh seorang anggota milisi Sahwa penentang Al Qaida dan saudaranya di Samarra, sedang dua warga sipil tewas dan lima lain cedera dalam pemboman di dekat Baquba.

Milisi Sahwa terbentuk dari orang-orang suku Sunni Arab yang berpihak pada militer AS memerangi Al Qaida sejak akhir 2006, dan tindakan mereka itu telah mengubah peta perang di Irak. Anggota Sahwa dianggap sebagai pengkhianat oleh militan Sunni dan mereka sering menjadi sasaran serangan.

Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.

Jumlah kematian akibat serangan-serangan di Irak melampaui 3.200 orang sejak awal tahun ini, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.

Kekerasan itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.

Gelombang serangan di Irak meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008.

Jumlah kematian pada Maret mencapai 271, sementara sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.

Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.
(M014)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013